Kemampuan Beradaptasi
Hal menarik dari kebaya adalah kemampuannya beradaptasi dengan cara berbusana selera lokal. Maka wajar jika setiap daerah punya perwujudan kebaya yang berbeda. Ada kebaya kutubaru, encim, noni, kebaya melayu, dan lain-lain.
Kemampuan beradaptasi kebaya terhadap budaya berbusana lokal menjadikannya tetap eksis sampai saat ini. Contoh terkini adalah para perancang busana yang memadupadankan kebaya modern dengan hijab. Hal ini membuktikan keharmonisan kebaya dengan busana-busana lain.
Bangga Mengenakan Kebaya
Jika menilik rentang waktu yang begitu lama sehingga kebaya bisa bertahan sampai sekarang tentu tak diragukan lagi nilai kebanggaan para pemakainya.Â
Kebaya sudah berhasil menjadi busana pilihan yang tak lekang oleh waktu. Hal ini dikarenakan kebaya adalah busana yang fleksibel kegunaannya. Bisa dipakai sehari-hari namun juga cukup pantas  dikenakan pada kesempatan yang resmi.
Warisan Budaya Tak Benda
Pengajuan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO tentu langkah yang harus didukung sepenuhnya oleh warga Indonesia. Pengajuan ini adalah bukti bahwa kita bangga telah diwarisi oleh para pendahulu untuk mencintai kebaya dan bertekad untuk melestarikannya.
Namun pengajuan ini tak mudah didapatkan karena ada 3 negara selain Indonesia yang juga mengajukan seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Mereka sah-sah saja menganggap kebaya sebagai budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Ini tentu karena kedekatan kita sebagai tetangga dengan ketiga negara tersebut. Saling memengaruhi adalah wajar dalam berinteraksi, termasuk dalam hal budaya.