Dari jendela itu aku bisa memotret kota
Ada peradaban yang ringkih
Ada jiwa yang setiap saat butuh renovasi
Ada baja yang menghimpit selera
Dari jendela itu aku menyaksikan rutinitas jiwamu
Yang mendengus kehilangan arah
Yang letih terkulai dibenamkan waktu
Bersimbah peluh yang mengeluh
Dari jendela itu aku mendengar gemerincing nafsu
Menampar sana menampar sini
Air liur keinginan meleleh tiada henti
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!