Suatu ketika batu terbangun dari tidurnya,
menyaksikan kesibukan angin menulis di atas tubuhnya
Angin sibuk menulis hingga tak kenal waktu
Batu menitikkan air mata
yang mengalir ke pantai kehidupan
Di situ ada kenangan panjang tersusun rapi
di antara senyum dan bahagia,
dalam himpitan ruang dan waktu
Di persimpangan senja, melintas ribuan pikiran batu
Angin tercengang, ingin mengejar
Tapi jiwanya mengisaratkan sebaliknya
Ia hanya menggenggam satu keinginan
menuliskan kisah hidupnya di atas batu
Setiap hari pikirannya akan menyatu dengan pikiran batu
Kalimatnya sama, untuk dibaca berulang-ulang kali
Semakin diulang-ulang, tampak dunia indah berwarna-warni
Dengarlah, suara gemerisik daun-daun pohon merdu bernyanyi
atau derai ombak pantai yang tak pernah merasa sepi
atau bulan yang mengirim cahayanya untuk berbagi keindahan
atau batu yang tekun membacakan tulisan angin
atau angin yang bergairah menuliskan pikirannya di atas batu
Surabaya, 04/11/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H