Mohon tunggu...
Harisatun Niswah
Harisatun Niswah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Memiliki kepribadian INFP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Nanoteknologi dalam Pengembangan Obat Anti-Kanker

8 Mei 2024   22:45 Diperbarui: 6 Juni 2024   14:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan tidak normal dari sel jaringan tubuh. Dimana dalam perkembanganya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian. Meskipun ada berbagai jenis pengobatan yang tersedia, namun tingkat keberhasilannya masih sangat rendah. Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengobatan kanker, ilmuwan terus mencari inovasi dan salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah dengan memanfaatkan nanoteknologi.

Nanoteknologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari manipulasi dan penggunaan material serta struktur pada skala nanometer. Aplikasi teknologi nano sangat luas dan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia termasuk di bidang kesehatan. Saat ini aplikasi teknologi nano di bidang medis sudah cukup banyak yang dikembangkan, mulai dari bidang farmasi, berlanjut ke bidang kedokteran regeneratif, pencegahan penyakit, diagnosis dan lain-lain. 

Menurut European Medical Research Councils of European Society of Foundation (EMRC-ESF), nanomedisin merupakan sains dan teknologi menggunakan alat dan pengetahuan molekuler tubuh manusia yang digunakan untuk mendiagnosis, mengobati, serta mencegah penyakit dan trauma, menghilangkan rasa sakit, melestarikan, dan meningkatkan kesehatan manusia. Khususnya dalam bidang farmasi, teknologi nano digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan obat.

Kombinasi antara nanoteknologi dan biologi molekuler mengarahkan perkembangan formulasi obat menuju nanobioteknologi. National Cancer Institute mendefinisikan nanopartikel sebagai semua bentuk material biologis dan sintetik dengan dimensi < 1 µm. Nanopartikel sering disebut pula nanocarrier, nanomaterial, atau nanosomes. 

Nanopartikel dalam penatalaksanaan kanker dikembangkan sebagai drug-delivery vehicle (carrier), contrast agent (imaging), diagnostic device, platform untuk theranostic agents (agent yang berfungsi sebagai alat diagnosis dan terapi), antioksidan (mampu bereaksi dengan radikal bebas di jaringan), in vivo tumor targeting dengan spesifisitas dan afinitas yang tinggi, serta probe pada riset preklinik untuk studi molekuler penyakit. 

Beberapa kelebihan nanopartikel adalah kemampuan untuk menembus ruang-ruang antar sel yang hanya dapat ditembus oleh ukuran partikel koloidal, kemampuan untuk menembus dinding sel yang lebih tinggi, baik melalui difusi maupun opsonifikasi, dan fleksibilitasnya untuk dikombinasi dengan berbagai teknologi lain sehingga membuka potensi yang luas untuk dikembangkan pada berbagai keperluan dan target.

Pada terapi kanker, agen kemoterapi memiliki efek toksik terhadap sel tumor sebagaimana pada sel normal lainnya; penghantaran obat yang terkendali pada lokasi penyakit memungkinkan dilakukannya penambahan dosis untuk meningkatkan efiaksi terapeutiknya. Penghantaran obat terkendali melibatkan gabungan antara obat dengan sistem pembawa yang akan mempengaruhi karakteristik farmakokinetik dan biodistribusinya obat tersebut. 

Oleh karena itu, teknologi nanopartikel yang telah digunakan ini, menjanjikan adanya peningkatan efikasi obat. Distribusi pembawa tersebut dapat dikendalikan melalui pengaturan ukuran dan sifat permukaannya. Sistem partikulat pembawa obat dikarakterisasi dengan mempertimbangkan banyaknya obat yang terjerap, sehingga efek pelepasan obat secara terkendali sama baiknya dengan efek perlindungan obat dari degradasi.

Meskipun pemanfaatan nanoteknologi dalam pengembangan obat anti kanker menawarkan banyak potensi, namun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah masalah keamanan dan biokompatibilitas dari bahan-bahan nanoteknologi yang digunakan. Selain itu, biaya produksi obat-obatan nanoteknologi masih cukup tinggi, sehingga membuatnya sulit diakses oleh semua orang.

Dalam rangka mewujudkan potensi penuh nanoteknologi dalam pengembangan obat anti kanker, diperlukan kolaborasi antara ilmuwan, industri, dan pemerintah. Investasi dalam penelitian dan pengembangan nanoteknologi perlu ditingkatkan. Dengan terus mendorong inovasi dalam bidang nanoteknologi, kita dapat berharap terciptanya obat-obatan anti kanker yang lebih efektif, aman, dan terjangkau. Dengan demikian, kita dapat memberikan harapan baru bagi jutaan orang yang terkena penyakit mematikan ini di seluruh dunia.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun