Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fermak, Vermak atau Permak?

15 April 2012   17:08 Diperbarui: 6 November 2015   08:05 7316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_171925" align="aligncenter" width="544" caption="Fermak, Vermak atau Permak? (Doc: HUM)"][/caption]

Kira-kira siapa yang duluan masang iklan di atas ya? Apa si tukang Fermak atau si tukang Vermak? Terus kira-kira yang benar nulisnya Fermak atau Vermak ya.?

Iseng saya coba jalan-jalan tanya ke arti kata. Untuk istilah "Fermak" saya dapatkan jawaban "No entry found for this word"..nah lho.. Kemudian coba dengan kata "Vermak", yang muncul adalah "ver·mak --> permak", lho..muncul satu kata lagi ni, "Permak", yang menurut arti kata adalah 1. me·mer·mak v 1 merombak (agar dapat dimanfaatkan kembali, msl pakaian); 2mengubah dr bentuk atau keadaan asli menjadi bentuk baru; 3 ki memukuli dan menyiksa. Waduhh...jadi yang bener sebenernya yang mana ya..?

Kenal istilah EYD? Yup, EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan. Buat Anda yang hidup di era 70-an (jadul amat yak -red) tentunya tidak asing lagi dengan istilah ini. EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) merupakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Seiring berjalannya waktu, perkembangan tata bahasa ini secara tidak langsung sedikit banyak tergeser oleh berbagai pengaruh gaya bahasa, entah itu pengaruh bahasa asing, bahasa daerah  maupun bahasa serapan yang lain. Bahasa Indonesia yang baik dan benar, demikian istilah yang sering dilontarkan Bapak/Ibu Guru pada murid-muridnya di sekolah. Lain di sekolah lain lagi di luar. Anak muda jaman sekarang sepertinya malah lebih fasih menggunakan bahasa "Alay" yang sangat amat sulit untuk dibaca, dicerna apalagi dipahami oleh orang-orang jadul jaman era EYD diperkenalkan. Tulisan tentang "Alay" bisa dilihat pada posting sebelumnya  Profile Picture Ente Bergaya Alay..?.

Balik lagi ke istilah "Fermak", "Vermak" atau "Permak" tadi. Saya jadi ingat pernah interview seorang karyawan untuk posisi operator mesin. Jadi tersenyum ketika membaca CV dia tentang pengalaman kerja sebelumnya. Di situ tertulis bahwa pengalaman kerja sebelumnya adalah sebagai "helfer", bingung dah maksudnya apa? Begitu pas wawancara saya tanyain tuh, "pengalaman kerja sebelumnya di perusahaan anu ini sebagai 'helfer" itu kerjaannya apa ya?" Dengan rinci dia menjelasnya pekerjaannya di perusahaan yang lama yaitu membantu operator utama yang mengoperasikan mesin. Baru saya ngeh, oo..itu yang dia maksud sebagai "helfer"..hahhaha... Usut punya usut, ternyata si anak ini orang Sunda, yang kata orang kalo' menuduh orang Sunda susah menggunakan hurup "eF" itu adalah Pitnah..hehehhe..(no sara ya..:) Jadi si anak tadi merasa harus menggunakan tulisan yang baik dan benar sehingga mengganti tulisan "helper" menjadi "helfer" *usaha yang bagus :)

Penggunaan bahasa yang membuat bingung sendiri ini seringkali kita jumpai pada tulisan yang dibuat oleh, dalam tanda petik "non formal", seperti contoh gambar di atas tukang fermak..ehh permak jeans di pinggir jalan. Tapi ternyata ada juga yang mestinya sudah "kelas" elit politik, ternyata bisa juga "keseleo" dengan tulisan yang membuat tersenyum lumayan lebar, seperti gambar spanduk di bawah. [caption id="attachment_171926" align="aligncenter" width="483" caption="Major..atau Mayor..? atau malah Minor ? :D (Doc: LSV)"]

13345093012119273541
13345093012119273541
[/caption]

Gambar di atas adalah spanduk kampanye salah satu bakal calon walikota. Sepertinya sang Ibu yang di photo tidak sempat mengoreksi spanduk yang akan dipasang buat beliau, sehingga dengan gagahnya.. ehh...anggunnya photo diri beliau terpasang di banyak tempat sebagai "The Next Major".. So, who is the next Minor..:)

 

Salam,

HUM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun