Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Di Timur Matahari": Film Anak dengan Konflik Dewasa

26 Juni 2012   04:44 Diperbarui: 5 November 2015   22:08 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ceritanya kok gitu-gitu sih, Pa? Serem ahh.." Suara berbisik si Kakak yang duduk di samping sambil beringsut menahan dingin AC di dalam bioskop 21 sore kemarin. [caption id="attachment_184636" align="aligncenter" width="497" caption="Anak-anak yang ceria (source: kusukasuka.com)"][/caption]

Senin sore tidak seperti biasa yang baru pulang nunggu matahari terbenam, kali ini bel pulang langsung kabur. Buru-buru injak pedal gas dalam-dalam untuk jemput Kakak & Adek yang sudah rapi habis mandi karena sudah janjian nonton film anak "Di Timur Matahari" di 21 Lippo.

Kejar waktu tayang jam 17.30 di tengah kemacetan sepulang kerja. Hari Minggu kemarin sempat melihat poster film ini tapi sudah terlewat jam tayang sehingga akhirnya menyempatkan nonton bareng keluarga sore ini. Sempat tertarik ketika melihat poster dengan tag line "a hope for a peaceful land & a better education" dan gambar anak-anak yang ceria, "wah, sepertinya bagus nih buat tontonan anak-anak mengisi liburan sekolah kali ini".

Berhubung jalanan macet dan meski sudah mencoba ambil rute alternatif, film sudah mulai ketika kita masuk ke pintu theater yang sudah gelap. Terlihat konflik awal ketika seorang pekerja yang diperankan Agus Ringgo harus membayar denda ketika melanggar aturan adat. Si Kakak terlihat mulai tertawa ketika muncul adegan anak-anak yang berlarian ketakutan ketika dokter datang, takut disuntik. Disusul kemudian dengan canda tawa anak yang bermain sambil bernyanyi dengan ceria. Sementara si Kakak sudah mulai asyik sambil makan popcorn, si Adek malah masih pulas tertidur sejak perjalanan di mobil tadi, maklum belum tidur siang hari ini katanya *:senyum.

Pertanyaan si Kakak di atas tadi meluncur dari mulut kecilnya yang lucu sepertinya memang bukan tanpa alasan. Adegan demi adegan yang muncul berikutnya syarat dengan berbagai "konflik orang dewasa". Adegan "vulgar" buat tontonan anak-anak cukup disayangkan terlalu diekspose di film ini. Peperangan antar suku dengan senjata panahan dan bahkan beberapa adegan diperlihatkan ketika anak panah menancap di tubuh orang tua di depan anaknya yang membuat jadi bukan kesan sedih yang muncul tapi malah jadi miris. Si Kakak bahkan berkali- kali menutup muka atau berlindung di dada saya ketika adegan tersebut berlangsung. [caption id="attachment_184638" align="aligncenter" width="497" caption="Adegan peperangan antar suku (source: kusukasuka.com)"]

13406850421324294874
13406850421324294874
[/caption]

Tercatat ada beberapa kali adegan yang kurang pas buat tontonan anak-anak, seperti anak panah yang menancap di punggung, peperangan open head to head, orang yang muntah karena mabuk sampai adegan potong jari. Unsur pendidikan yang dibalut keceriaan anak-anak yang saya bayangkan di awal sebelum nonton ternyata sangat minim, hanya tertampil di awal dan ending cerita. Memang spertinya sang sutradara berusaha menampilkan realita yang ada di daerah timur tanah air ini, tapi sepertinya penyajian jadi "terlalu berat" untuk tontonan anak-anak. Anak-anak wajib didampingi orang tua ketika menonton film ini dan orang tua pun harus siap kebingungan menjelaskan makna positif yang bisa diambil dari film ini.

Si Adek yang terbangun di tengah film langsung menangis ketakutan. Akhirnya sepanjang sisa film, Mamanya anak-anak terpaksa berdiri di belakang sambil meluk dan nenangin si Adek sambil sesekali menyanyi, cerita tetang film, bahkan main hompimpa di belakang kursi baris paling belakang, sambil ngumpet pas ada adegan perang. Ketika akhirnya film pun selesai, pas di tanya adegan yg paling disukai apa Dek? jawabnya, "filmnya jelek" *:nyengir.

 

Salam,

HUM

 

*curhat seorang ayah yang kebingungan menjelaskan makna film ini ke anak-anak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun