Keinginan untuk belajar memang tidak mengenal usia dan strata sosial. Setiap orang berhak dan berkesempatan untuk menikmati pendidikan di negeri ini, tentunya dengan kemauan dan kemampuan. Kemampuan? Realita yang kita hadapi, pendidikan merupakan sesuatu yang tidak bisa kita tebus dengan harga murah sekarang ini. Tapi yakinlah bahwa jika ada kemauan, kita pasti mampu untuk mewujudkannya. Kemauan? Yup..ini yang akan coba saya ceritakan kisahnya berikut ini. [caption id="attachment_174997" align="aligncenter" width="580" caption="Asisten Rumah Tangga kami mengantar duo krucil berangkat mengaji (Doc: HUM)"][/caption]
Bagi keluarga pekerja seperti kami, yang masih harus berangkat pagi pulang malam demi sepiring iwak peyek sego jagung *:senyum, kebutuhan akan asisten rumah tangga merupakan hal yang wajib, apalagi keberadaan dua orang krucil di rumah kami. Dalam perjalanan waktu kami sudah melewati pergantian asisten rumah tangga beberapa kali. Asisten yang pertama bertahan kurang lebih dua tahun, pulang ketika lebaran tiba dan tidak mau balik lagi. Akhirnya kita ganti dengan asisten yang kedua yang dapat dari kampung saat pulang mudik sebagai pengganti, bertahan hampir satu tahun. Nah, pas turn over yang ketiga, kami mulai sedikit mengalami kesulitan untuk mencari orang yang pas, beberapa kali interview selalu tidak deal. Bukan karena kami menolak sang calon asisten, tapi mereka yang mundur ketika dikasih tahu tanggung jawab kerjaannya, yang memberatkan adalah ketika tahu ada dua krucil di dalamnya, "paling susah ngurus anak kecil" kata mereka. Last minute sebelum kami pasrah karena besok pagi sudah harus bertolak lagi untuk pulang, sorenya kita dapat informasi ada yang bersedia. Akhirnya tanpa banyak pertimbangan langsung kita boyong sang asisten malam itu juga pamitan kepada kedua orang tuanya.
Ternyata ini awal dari rentetan gonta-gantinya asisten rumah tangga di rumah kami. Belum genap seminggu asisten baru tersebut di rumah, tiba-tiba dia menangis minta pulang, waduhh.... Ketika kami tanya, "kenapa? tidak betah atau ada masalah apa?". Ternyata jawabannya sedikit membuat kami tersenyum, "Saya ditelpon orang rumah, ada tetangga yang bekerja jadi tentara di Papua pulang dan melamar saya". *Waduhhh... Terpaksa kami relakan sang asisten untuk pulang meski katanya sebenarnya dia belum mau menikah dulu. Cukup kelimpungan juga setelah itu, coba untuk kontak sanak keluarga dan teman untuk mencari informasi asisten buat kami, untung di rumah ada Bulik, cuman pasti sangat kerepotan menghadapi dua krucil yang sedang aktif-aktifnya berekspresi.
Cukup lama vakum tanpa asisten di rumah, sampai akhirnya istri punya ide memasang pengumuman yang ditempel di pagar rumah. Ternyata cukup efektif, mengingat rumah kami ada di jalan utama masuk perumahan. Mulai datang satu persatu ke rumah, ada yang sekedar informan sampai job seeker-nya sendiri. Karena kondisi butuh banget, kita tidak berpikir lama untuk memutuskan. Akhirnya satu kandidat coba untuk mulai bekerja di tempat kami, dengan masa probation 3 bulan *wuiihh...kayak di perusahaan ajah :senyum. Belum genap satu minggu, sang asisten mengundurkan diri. Sebenarnya bukan karena tidak betah, tapi karena dia harus pulang pergi, tidak menginap di rumah sedangkan jarak lumayan jauh, hal ini jadi kendala buat dia. Kandidat berikutnya lebih seru lagi, datang sore hari dan langsung deal untuk mulai bekerja dan menginap di rumah malam itu juga. Begitu pagi hari mengajukan surat pengunduran diri..alasannya nggak betah, semalaman digigitin nyamuk...whuaahhh....kaco ni anak..belum juga mulai kerja *:nyengir
Asisten berikutnya kita dapat setelah vakum beberapa minggu. Nah, pas kita sudah dapat asisten baru ini, istri dapat telpon dari sesorang yang menanyakan perihal lowongan pekerjaan yang kita tempel tadi. Berhubung kita sudah dapat, kita kasih tau dia nanti akan coba dihubungi kalau kita perlu, dengan pertimbangan "jangan-jangan belum seminggu dah kabur lagi :D". Dua minggu bekerja, asisten baru kami minta ijin pulang dua hari ke rumah nengok orang tuanya, kebetulan jarak ke rumah tidak begitu jauh, masih di daerah Bekasi juga. Sampai hari ketiga kok belum balik lagi, jangan-jangan kabur lagi..*:meringis. Kemudian kita telpon ke rumahnya dan ternyata si asisten ini sedikit nggak enak badan dan minta perpanjangan waktu cuti. Sampai 3 hari masih dapat kabar kondisi belum sehat.Ya sudah, kita coba untuk berjibaku bagi tugas urusan rumah tangga dulu. Di tengah kegalauan kami ditinggal sakit sang asisten, pada suatu malam ada sms masuk ke hand phone istri. Pengirimnya adalah orang yang beberapa waktu lalu telpon menanyakan pengumuman yang ditempel di pagar rumah. Rupanya dia mau mem-follow up lagi informasi kita tempo hari, siapa tahu asisten yang sekarang gagal di masa probation-nya. Wah, kebetulan sekali. Akhirnya kami kasih tahu kondisinya, dan menekankan bahwa ini hanya sementara menunggu asisten kami sembuh dari sakitnya.
Akhirnya si anak ini, sebut saja Mawar keesokan harinya datang ke rumah dan dengan sedikit interview langsung mulai bekerja hari itu juga. Setelah hampir satu minggu Mawar bekerja, kami belum dapat kabar sakitnya asisten yang sebenarnya. Kami coba telpon lagi dan mendapatkan jawaban dari orang tuanya yang mengatakan bahwa sebenarnya anaknya sudah sembuh, tapi malu untuk balik lagi karena sudah terlalu lama mbolos. Wahh..kebetulan kah? Akhirnya si Mawar resmi kita angkat jadi asisten rumah tangga kami setelah melewati masa probation-nya dengan hasil cukup memuaskan. Usianya yang terbilang masih remaja cukup disukai dua krucil kami yang sangat antusias ketika asyik bernyanyi, menari atau mendengarkan dongeng. Dari pengamatan saya, si Mawar ini seringkali saya jumpai masih belum tidur sampai larut malam. Asisten-asisten kami yang sebelumnya mungkin hampir sama juga, sering masih melek sampai malam. Yang membedakan adalah kalau yang sebelum-sebelumnya malam-malam jadi kalong untuk sekedar bertelpon ria entah dengan pacar atau temannya, tapi si Mawar ini saya lihat tidak sedang telpon atau sms, tapi sedang membaca...ya membaca buku, entah buku apa yang dia baca saya kurang tahu persis saat itu. Sampai pada suatu hari Mawar menghadap istri untuk minta ijin pulang kampung.
Wah...dalam hati saya sudah kepikiran "terulang lagi ni..nggak bakalan balik ni anak, susah lagi kita ni..". Cuman ternyata sungguh diluar dugaan kami alasan ijin yang dia ajukan. Ketika istri bertanya, "ada urusan apa mau pulang kampung?" Si Mawar menawab,"saya kan ikut sekolah Kejar Paket C, dan minggu depan ujian akhirnya, Bu". Cukup surprise saya ikut mendengar alasannya. Oo..jadi selama ini malam-malam itu belajar untuk ujian ya?
Jadi ternyata si Mawar ini sebelumnya lulusan SMP, kemudian tidak bisa melanjutkan sekolah. Akhirnya coba untuk mengadu nasib dengan bekerja. Sebelumnya bekerja di pabrik garment di daerah Tangerang tapi setiap kali gajian mundur terus dengan berbagai alasan. Bahkan saat awal jadi asisten di rumah kami, masih punya simpanan gaji di perusahaan tersebut yang belum dibayarkan. Akhirnya Mawar memilih untuk kerja di rumah kami sambil mengikuti sekolah kejar paket tadi, lebih tenang katanya. Singkat cerita, akhirnya Mawar berhasil menyandang predikat kelulusan setara SMA-nya.
Tidak berhenti sampai di situ, ketika ritual mudik bareng kami sekeluarga, kebetulan Mawar berasal dari Purworejo, tidak jauh dari kampung halaman kami, sehingga kita bisa antar pulang sambil silaturahmi dengan keluarganya, Mawar sekali lagi minta ijin kepada kita. Bukan ijin untuk tidak balik lagi, tapi dia berkata, "boleh tidak Pak, Bu..kalau saya mau melanjutkan lagi kuliah sambil masih tetap bekerja?" Wah..sekali lagi kami sangat surprise. Kami nyatakan dukungan penuh untuk niat sang asisten rumah tangga kami itu.
Akhirnya sepulang libur lebaran, Mawar mulai aktif mencari informasi tempat kuliah. Pilihannya adalah kuliah malam atau di Sabtu Minggu. Istri saya juga segera mencari informasi tempat kuliah yang bagus dan tidak terlalu jauh dari rumah. Berhubung waktu tidak pas permulaan tahun ajaran baru, akhirnya diputuskan untuk mengikuti kursus untuk kelas malam, dan yang dipilih si Mawar adalah kursus Bahasa Inggris. Tanpa mengenal lelah, setiap jam 7 malam Mawar keluar rumah untuk ikut kursus ini. Efek positif buat dua krucil kami, dapat banyak lagu dan cerita bahasa Inggris dari mBak-nya tadi. *:senyum.
Meski belum benar-benar kesampaian untuk lulus kuliah dan menyandang gelar sarjana, saya sengaja menulis judul di atas karena yakin dengan semangat dan kemauan dari Mawar, asisten rumah tangga keluarga kami. Di mana ada kemauan, di situ ilmu bisa kita dapatkan.