[caption caption="Asap Roket (source: global.liputan6.com)"][/caption]
Sudah masuk bulan Oktober tapi Roket Sakti Jokowi belum terlihat juga. Baru asapnya saja yang terlihat membumbung di hutan sana. Ekonomi kita yang dikatakan akan meroket mulai bulan September, ternyata memperlihatkan hasilnya secara harfiah. Merujuk dari definisi ensiklopedia bebas, Roket merupakan wahana luar angkasa, peluru kendali, atau kendaraan terbang yang mendapatkan dorongan melalui reaksi roket terhadap keluarnya secara cepat bahan fluida dari keluaran mesin roket. Aksi dari keluaran dalam ruang bakar dan nozle pengembang, mampu membuat gas mengalir dengan kecepatan hipersonik sehingga menimbulkan dorongan reaktif yang besar untuk roket (sebanding dengan reaksi balasan sesuai dengan Hukum Pergerakan Newton ke 3). Tekanan gas yang menyembur keluar inilah yang menghasilkan gaya dorong bagi roket sehingga roket dapat bergerak maju atau ke atas. Jadi bisa jadi asap yang membumbung di kawasan hutan Sumatera dan Kalimantan saat ini adalah pembuktian Hukum Newton 3, ada aksi maka ada reaksi. Aksi meroketnya ekonomi yang menimbulkan reaksi asap yang tak kunjung berhenti.
Sebenarnya bisa dibilang tidak ada hubungannya antara pernyataan Pak Jokowi soal ekonomi kita yang akan segera meroket dengan bencana asap yang terjadi saat ini. Tapi saya coba mengubungkan keduanya karena satu jalinan benang merah yang sederhana saja, sama-sama tentang Indonesia.
Sebagai warga negara Indonesia tentunya saya sangat prihatin dengan kondisi kebakaran yang terjadi sehingga menimbulkan bencana asap yang tiada henti. Sebagai warga negara Indonesia juga saya sadar dan menghormati Pak Jokowi sebagai Presiden kita. Lalu apa hubungannya antara keduanya, roket dan asap?
Saya coba meninjau dari sisi positif yang bisa kita ambil. Pertama mengenai pernyataan bahwa ekonomi Indonesia akan segera meroket. Sebagai seorang pemimpin bangsa, salah satu fungsi dan perannya adalah sebagai pendongkrak semangat rakyat semua. Memberikan motivasi agar segenap bangsa ini tetap optimis akan kondisi yang sedang kita hadapi bersama.Ingat bahwa frekuensi dari sebuah garpu tala akan bisa mnghasilkan resonansi yang saling menggetarkan, menguatkan. Bisa dibayangkan apabila aura positif yang digetarkan dan berhasil menggetarkan hati setiap insan bangsa ini. Dan bayangkan pula jika aura negatif yang ditebarkan.
Coba kita melihat sejenak kebelakang pada masa-masa perjuangan melawan penjajah. Sosok pemimpin yang punya motivasi dan semangat tinggi sangat berperan di dalamnya. Bisa dibayangkan bagaimana semangat Soekarno saat berpidato mengobarkan semangat kemerdekaan, bagaimana Bung Tomo mengobarkan darah muda arek Suroboyo. Bagaiman Panglima Besar Jenderal Soedirman bersemangat juang dalam kondisinya saat itu. Apakah kondisi saat itu terlihat bahwa perjuangan cukup mudah? Apakah di atas kertas kita mampu melawan penjajah? Apakah Hukum Newton berhasil membuktikan bahwa aksi berondongan peluru dari senapan mesin, gempuran kendaraan lapis baja bisa dihadang dengan reaksi Bambu Runcing? Sejarah juga yang akhirnya membuktikan bahwa perjuangan para pahlawan kita tidak sia-sia. Begitu besarnya pengaruh dari getaran aura positif seorang pemimpin dalam membangkitkan semangat juang seluruh bangsa ini.
Saat ini, saat Pak Jokowi memegang amanah sebagai pemimpin bangsa ini, ungkapan meroketnya ekonomi bisa kita lihat sebagai sebuah ungkapan penuh aura positif yang diharapkan bisa menggetarkan frekuensi positif dari segenap anak bangsa ini. Apakah kondisi saat ini terlihat cukup mudah untuk melontarkan roket ekonomi kita? Apakah gempuran lonjakan dollar terlihat mudah untuk ditangani? Sekilas terlihat cukup berat dan sulit, tapi minimal lebih mendingan dibanding jaman perjuangan. Dengan cukup mudah kita menemukan gerai fastfood maupun coffee shop penuh sesak oleh pengunjung dibandingkan jaman perjuangan ketika orang banyak kelaparan dan kesulitan meski hanya untuk sekedar makan thiwul atau nasi aking. Tapi dengan semangat menggelora aura positif para pemimpin kita di masa itu, akhirnya kemerdekaan bisa kita dapatkan, tentu saja atas berkat rahmat Allah SWT.
Cukup prihatin dan ikut sedih atas bencana asap akibat kebakaran lahan hutan yang tak kunjung berhenti. Tapi ada sisi positif yang bisa kita lihat dari kasus asap kebakaran ini. Demikian luasnya area dan banyaknya titik api yang mengakibatkan asap tebal menyelimuti area Sumatera dan Kalimantan, bahkan negara tetangga juga ikut kena imbasnya ini menunjukkan bahwa betapa kayanya Indonesia akan sumber daya alam. Betapa besar potensi kekayaan alam kita jika dibandingkan dengan Singapura misalnya. Andai kita bayangkan jikalau yang terjadi kebakaran adalah Singapura yang seluas "only a dot on the map", tentunya akan segera dan sangat cepat untuk bisa ditanggulangi.
Bukan berarti pemerintah diam tidak melakukan apa-apa dalam usaha menanggulangi bencana asap ini. Cakupan area yang cukup luas dan sulit dijangkau dengan berbagai keterbatasan sarana yang ada merupakan faktor yang kurang mendukung proses penanggulangan. Tapi ingat, bambu runcing juga bisa mengantarkan bansa ini menghirup udara bebas kemerdekaan. Jokowi yang turun langsung ke medan tempur titik api dan asap mengepul merupakan cerminan tindakan seorang pemimpin yang terjun langsung ke garis depan pertempuran. Mestinya hal ini akan memicu semangat rakyat untuk optimis dan berpikir positif dalam usaha penanganan bencana asap ini. Sebuah aksi simbolis yang mestinya bisa menggetarkan aura positif bangsa ini seperti saat Jenderal Soedirman turun langsung ke lapangan meski harus ditandu karena kondisi kesehatannya. Tentu itu adalah pencitraan dari sang Panglima Besar saat itu, sebuah pencitraan untuk membangkitkan semangat para pejuang untuk pantang menyerah.
Yakinlah bahwa roket akan segera melesat membumbung tinggi dengan meninggalkan asap yang segera sirna diguyur siraman air hujan yang menyejukkan. Semangat optimis dari pemimpin kita yang diikuti oleh getaran frekuensi positif dari segenap insan bangsa ini niscaya akan segera membawa bangsa ini menuju kejayaan, tentu saja atas berkat rahmat Allah SWT. Dengan semangat Kesaktian Pancasila, kita coba ulang sejarah. Semangat bambu runcing melontarkan roket menembus batas cakrawala.
Salam,
HUM