[caption caption="Teroris kekinian (source: metro.tempo.co)"][/caption]
Teror bom yang mengguncang Ibukota beberapa hari yang lalu menyisakan duka, kesedihan dan komentar dari berbagai kalangan. Tanpa mengurangi rasa hormat dan berduka terhadap para korban dan keluarga, saya coba coretkan tulisan ini.
Sebuah panggung sandiwara bisa kita lihat dari peristiwa teror bom di Sarinah ini. Jika disebut sandiwara tentunya melibatkan aktor-aktor di dalamnya, bukan? Coba saya ulas satu-satu siapa saja pemerannya.
1. Teroris
Dari foto-foto hasil reportase para wartawan di lokasi memperlihatkan sosok teroris yang ada pada kejadian tersebut. Yang cukup menonjol atau kita sebut teroris utama adalah seorang pemuda dengan dandanan masa kini. Kaos dan celana jeans branded, topi dengan logo Nike dan sepatu sport baru. Iklan terselubung dari American Branded. Kurang cocok menggambarkan sosok seorang teroris. Akan lebih meyakinkan jika sosok teroris tadi berjenggot, celana cinkrang, pakai rompi bergelantungan granat dan tubuh penuh lilitan kabel bom.
Gaya pegang pistol juga menunjukkan seorang amatiran, bukan teroris pro. Sayang sekali dengan sekian banyak sasaran tembak di sekelilingnya bakalan meleset dan salah sasaran karena fokus tembakan ngawur.
Teroris yang akhirnya meledakkan diri di samping mobil juga kurang dramatis. Akan lebih heroik jika dia berlari ke arah kerumunan massa kemudian diberondong senapan mesin dari polisi sebelum akhirnya bom meledak menewaskan dirinya.
2. Polisi
Polisi yang baku tembak dengan teroris ada yang merupakan polantas. Lebih meyakinkan jika polisi anti teror yang berdatangan ke lokasi, lengkap dengan senjata laras panjang, rompi anti peluru dan masker wajah. Bukan polisi-polisi keren bergaya stylish dengan sneakers Gucci dan Adidas, tas slempang Coach, yang semuanya langsung bisa dicari tahu berapa harganya. Pesan sponsor lagi-lagi mewarnai kostum sang polisi keren.
Belum lagi pesan sponsor dari brand Toyota sebagai mobil yang dipakai untuk perlindungan para polisi saat baku tembak dengan teroris, padahal penonton di sekelilingnya berkerumun dengan tenangnya tanpa pengaman apapun.
Mana sniper yang bertugas melumpuhkan teroris dan melindungi rekannya dari jarak jauh? Yang ada adalah polisi superhero dengan pakaian preman yang membuat bias mana polisi mana teroris.
3. Pak Jamal
Pak Jamal, tukang sate yang tetap tenang melayani pembeli dalam radius yang tidak jauh dari lokasi sempat mendapat sorotan kamera. Belum lagi tukang kopi dan pedagang asongan lainnya yang dengan enaknya mondar mandir lokasi, semakin mengaburkan esensi sebuah aksi terorisme.
4. Presiden
Presiden dan para pejabat yang datang langsung ke lokasi hanya beberapa jam setelah aksi teror. Jelas-jelas bukan waktu dan area steril untuk dikunjungi orang nomor satu di negeri ini, tanpa body armor dan pengawalan yang ketat, cukup fotografer kenegaraan yang selalu menempel. Tapi ceritanya tetap berlanjut dengan aman tanpa kejadian yang berpotensi membahayakan Presiden, area kotor yang steril.