Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Jatuhnya Seorang Pemimpin

15 Januari 2014   00:03 Diperbarui: 5 November 2015   11:21 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389717736176544983

Siang hari setelah menghabiskan hidangan santap siang, karena cukup capek pagi sampai siang memantau kondisi perkembangan listrik di rumah, akhirnya terlelap tidur. Seorang pemimpin seringkali bukan capek fisik tapi pikiran, mohon dipahami. Terbangun ketika hujan deras mengguyur di sore hari. Bukan karena pengen nengok daun dan ranting, pohon dan kebun apakah basah semua, tapi karena listrik di rumah yang kumat mati lagi. Pelajaran berikutnya yang saya dapat adalah bahwa problem bisa saja muncul lagi apabila kita tidak tuntas menyelesaikan sampai akar masalahnya. Masalah tadi terlihat sudah beres ketika mentari bersinar karena air kering, tapi ternyata muncul lagi begitu hujan mulai mengguyur. Sebuah problem berulang yang kerap kali muncul juga di kehidupan kita karena kita hanya menyelesaikan di permukaan saja.

Kembali jiwa kepemimpinan saya terpanggil untuk segera menuntaskan masalah ini, apalagi sebentar lagi malam menjelang, kondisi menjadi semakin genting dan mendesak untuk diselesaikan, apalagi besok masuk kerja. Belum pernah tercatat dalam kamus saya berangkat kerja tidak mandi, catatannya kalau pun pernah tidak mandi pasti tidak saya catat. Sebagai seorang penyandang gelar insinyur tukang listrik, saya merasa tepat sebagai ahlinya untuk urusan satu ini. Berbekal senter, tespen, gunting dan isolasi, akhirnya ambil tangga dan mulai naik ke atas plafon. Cek terminal satu-satu yang potensi terkena rembesan bocor dari genteng dan akhirnya dengan merunut satu titik demi titik dengan cermat dan sistematis, tidak menebak-nebak tapi yakin dan pasti ketemulah titik penyebab short circuit. Action langsung dilakukan untuk perbaikan ketika terdengar suara azan Maghrib berkumandang. Sedikit tanggung penyelesaiannya dan akhirnya proses finishing dilakukan segera dengan sedikit ceroboh. Injakan kaki di plafon pada posisi yang kurang kuat...dan..gubrakk...sukses menjebol plafon dan jatuh mendarat darurat bersama potongan kayu dan plafon. Untungnya problem terjadi pada terminal tepat di atas kamar utama jadi mendarat darurat dengan lembut di atas kasur. Benar-benar gerakan slow motion, ketika kaki kanan pertama kali menjebol plafon jatuh, tangan berusaha menggapai sisi kanan kiri dan kaki kiri masih nyangkut di atas.

Sungguh sangat dramatis apabila prosesi jatuhnya saya sebagai seorang pemimpin tadi diabadikan oleh kamera dan muncul di berbagai media dengan tag line "Jatuhnya Seorang Pemimpin dari Atas Plafon", keren kan..? Pelajaran tambahan yang bisa diambil hikmahnya adalah meski kita ahli dalam sebuah bidang, ada kalanya proses penyelesaian tidak bisa berjalan mulus, sebuah kesalahan kecil bisa berakibat fatal terhadap seluruh aktivitas yang sudah kita lakukan. Dan satu hal lagi, ketika memulai sesuatu harus selalu diawali dengan doa, karena sejago apa pun kita, seahli apa pun seorang pemimpin, Tuhan adalah Sang Maha Kuasa. Jangan mengabaikan panggilan-Nya meski dengan seribu alasan yang telah diuji oleh para staff ahli kita.

Meski menyisakan lobang besar di plafon kamar, pegel-pegel di badan dan luka-luka kecil di kaki dan tangan, hari ini saya dapat banyak pelajaran berharga mulai dari anugerah hujan yang tercurah dari langit sampai jatuhnya seorang pemimpin. Urusan perbaikan plafon besok serahkan ke ahlinya, panggil tukang termasuk tukang urut *nyengir.

 

Salam,

HUM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun