Mohon tunggu...
HUM
HUM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sebut saja saya HUM, panggilan inisial yang melekat ketika saya beranjak dewasa. Saat masa anak-anak yang begitu lucunya sampai masa remaja yang sedemikian cerianya, tidak pernah terbersit sekalipun panggilan HUM, tapi yang namanya takdir siapa yang bisa menolaknya kan..?!\r\n\r\nhttp://www.69hum.com\r\n email : hardono.umardani@bicycle4you.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Anak Laki-laki Lebih Agresif?

13 April 2012   16:07 Diperbarui: 6 November 2015   08:12 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas si Kecil (Doc: HUM)Di sela-sela kesibukan kerja, seringkali saya coba meluangkan waktu untuk sekedar telepon anak di rumah. Sekedar mengecek keadaan rumah, melemparkan pertanyaan klise, "Kakak, Adek hari ini maen apa?", "Sudah pada makan belom?", "Jangan lupa bobo' siang ya?" atau sekedar mendengarkan suara kecil yang dengan berapi-api menceritakan kegiatan dia seharian tadi.

Katanya tuh..."SUARA Ibu ditelepon efeknya sama dengan PELUKAN'. Nah, kalau Papanya yang telepon efeknya apa ya.? "Halo" Baru satu kata pembuka yang meluncur dari mulut saya, upps...tiba-tiba sudah ada rentetan suara dari mulut lucunya si Kakak.. "Papa dari tadi Adek njambakin rambut Kakak, nggigitin Kakak juga,.." "Waduh...memang Kakak kenapa" , dengan nada sedikit kaget..padahal sudah biasa..jadi nggak kaget...:D "Nggak kenapa-napa" , kata si Kakak masih dengan suara keras dan lantang... "Hmm...mungkin Kakak dikirain makanan enak kali ya..?", saya coba godain si Kakak "Kakak marah nih.., kakak mau permen" ,hahaha...ternyata marah-marahnya..unjung-ujungnya ada maunya.. "Kakak sudah sembuh belom batuknya? kalo sudah boleh kok...tapi satu saja ya.." -----dst telepon dilanjut oleh si Adek yang ujung-ujungnya minta permen juga... 

Dari percakapan di telepon tadi,  ada yg menggelitik saya... Memang akhir-akhir ini si Adek selain ingin dimanja Kakaknya (sering minta Kakaknya duduk, dan kemudian si Adek tidur dipangkuan Kakak, yang kadang sering juga membuat Kakaknya kesakitan...). Dan kalau si Adek merasa apa yg dilakukannya sebagai pembelaan, pas pertama kali disuruh minta maaf pasti geleng (dalam hatinya mungkin berkata...kan Adek nggak salah..), meski akhirnya nantinya diakhiri dengan pelukan berdua.. 
Alhamdulillah kita dikaruniai sepasang krucil yang lucu. Si Kakak yang cewek sudah sekolah di TK kecil, sedangkan Adeknya yang cowok masih usia 2 tahun.  Hmmm...kenapa ya... anak laki-laki cenderung agresif secara fisik? sementara si Kakak tidak pernah membalas...hanya teriak-teriak..dan cerewet minta ampun ...(duhh...padalah mama-papanya kalem banged lho....:D). Memang ada beberapa faktor yang membuat seorang laki-laki "berbeda" dengan seorang perempuan dalam perilakunya. Ternyata secara alamiah  laki-laki dan perempuan mempunyai jenis hormon yang berbeda atau hormon yang sama dengan konsentrasi yang berbeda. Perbedaan hormonal ini mempengaruhi perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan, perbedaan kemampuan reproduksi dan perbedaan potensi mental emosional serta potensi kecerdasan tertentu yang menjadi spesifik untuk laki-laki dan perempuan (misalnya, perkembangan otak kanan perempuan menyebabkan perempuan lebih mudah dengan pekerjaan yang mengandalkan unsur ketelitian dan sulit untuk pekerjaan yang mengandalkan kemampuan memperhitungkan ruang dan tempat,  membaca peta dan memarkir mobil, juga perhitungan angka dan gambar yang cukup rumit yang berdasarkan penelitian lebih dikuasai laki-laki daripada perempuan). Laki-laki dinyatakan lebih agresif, berani mengambil resiko dan keputusan cepat, sementara perempuan cenderung berdikap lemah lembut, mudah bersimpat maupun berempati. Ini menyebabkan pekerjaan yang menuntut kemampuan untuk melihat hal secara holistik, mengambil keputusan secara cepat, mengandalkan perhitungan arah dan gambar yang rumit, membaca peta atau menyetir mobil lebih banyak dilakukan laki-laki sementara pekerjaan yang memerlukan ketelitian, ketelatenan dan kasih sayang lebih banyak dilakukan perempuan.

Secara psikologis, lingkungan dan keluarga serta budaya adat ketimuran, memposisikan wanita sebagai makhluk yang lemah lembut, anggun dan elegan. Perkembangan jaman serta kemajuan teknologi memang sedikit banyak memberikan sumbangan terhadap pergeseran tata nilai ini. Tapi faktor hormonal tetap tidak bisa dipungkiri merupakan faktor yang lebih dominan terhadap pembentukan karakter antara laki-laki dan perempuan. Kalau kita coba balik lagi ke pembekalan buat anak-anak kita, anak laki-laki yang cenderung agresif atau anak perempuan yang cenderung feminin merupakan dua potensi alamiah dari masing-masing individu, yang perlu kita lakukan adalah memberikan arahan secara positif untuk perkembangan kematangan emosional mereka. Tentu saja butuh pendekatan dan perlakuan yang berbeda untuk keduanya. Pernah baca buku John Gray “Men are from Mars, Women are from Venus” ? memang cukup tepat istilah tersebut untuk menggambarkan perbedaan yang “unik” antara sosok laki-laki dan perempuan.

Bekal moral dan agama semenjak dini merupakan salah satu pondasi yang harus kita persiapkan untuk perkembangan si Kecil. Bagi kami, saya dan istri, menjadi sahabat bagi anak-anak kita merupakan jurus ampuh untuk bisa “memahami” apa yang mereka butuhkan. Senang sekali rasanya bisa jadi orang pertama yang mendengarkan keluh kesah anak kita atau menyaksikan derai tawa ceria mereka.

Wahh...jadi tambah kangen ni sama dua krucil si Kakak sama Adek...siap beraktivitas apa lagi ya buat weekend kali ini...?

Selamat beraktivitas bersama keluarga dan buah hati Anda...happy weekend..^_^

 

Salam,

HUM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun