Mohon tunggu...
Witono Hardi
Witono Hardi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pendidik dan pengajar yang ingin mendarma-bhaktikan hidupnya untuk agama Islam dan NKRI tercinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Kambing Bersepatu Boot

3 Desember 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah kambing yang bertebaran di padang rumput. Ternyata ada keanehan pada padang rumput itu. Di sebelah, padang rumputnya terbagi dalam petak petak yang jelas, jalan disekitarnya bersih dan terang benderang. Sebelum makan, kambing2 tersebut harus transaksi dulu. Minta ijin pada sang penguasa padang rumput dengan tata cara yang telah diajarkan. Setelah resmi diijinkan, mulailah si kambing itu diperbolehkan makan sepuasnya. Tanpa rasa takut dan senantiasa nyaman. Jika satu petak tidak cukup, bolehlah ambil 2 petak, 3 petak atau maksimal 4 petak. Tapi tentu syarat dan ketentuan untuk memiliki petak lebih dari satu, sangat ketat dan tidak boleh sembarangan.

Padang rumput sebelahnya sangatlah gelap. Petak petaknya tidak jelas. Kabarnya sih rumputnya lebih hijau. Tapi ya nggak jelas wong cahayanya kurang terang. Jalan jalan di sekitar padang sangatlah berbahaya. banyak paku berkarat, duri, batu tajam dan seringkali banyak ular dan binatang berbisa. Harus ekstra hati hati. Namun di Padang rumput yang satu ini, kambing bisa bebas memakan tanpa harus ijin dan ritual dulu. Bebas. Silakan. walaupun seringkali yang disangka rumput segar ternyata adalah daun pohon gadung dan beracun. Dan konon, di dalamnya ada penyakit ganas yang sampai sekarang belum bisa diobati. Dan kabarnya sih, penyakit itu datang dari padang rumput gelap tadi.
Pemilik Padang rumput sebetulnya sangat membenci kambing yang nakal dan coba coba masuk padang terlarang itu. Kabarnya dia sudah mengancam akan menyiksa para kambing nakal jika malam sudah tiba. Saat acara makan sudah berakhir.

Sudah banyak sebetulnya, kambing yang pemikirannya waskitha, menyampaikan ancaman sang pemilik padang rumput. Untuk menjauhi padang gelap itu. Beralihlah ke padang yang jelas! Kata mereka. Jika satu petak kurang, bolehlah tambah lagi! Katanya lagi. Namun ternyata lebih banyak kambing yang ndableg dan tetap saja memakan di padang rumput yang gelap. kaki kena duri, toh ada obat merah. Perut mulas kena racun toh ada dokter. Ada saja alasannya. Belum lagi anggapan yang disampaikan di dunia kambing bahwa jika ada kambing yang memliki petak rumput lebih dari satu, dianggap kambing serakah. Kambing nggak bisa jaga hawa nafsu. Kambing yang menyakiti hati rumputnya. Wis pokok nya segala anggapan miring dilontarkan. Walaupun jelas jelas penguasaan atas petak rumput itu dilakukan secara sah dan benar.

Tapi ternyata ada sekelompok pintar yang tak kalah cerdasnya. Nggak tahu, apa saking judhegnya melihat kambing nakal yang suka makan rumput seenaknya, atau sudah putus asa, karena sudah diberi tahu, tetap saja mereka ndableg memakan rumput yang bukan hak nya, akhirnya dirumuskan solusi cerdas. Bahwa semua kambing harus dibekali sepatu boot anti hewan berbisa, anti paku berkarat dan anti batu tajam. Semua kambing harus disemprot desinfektan tingkat tinggi. Agar aman. Dan kampanye makan rumput secara "aman" pun dilakukan di mana mana.

Kenapa kok bukan dilarang saja makan sembarangan? Kata kambing bijak. ->Oooo, sudah, susah.... mereka sudah tidak mau lagi mengindahkan nasehat. Satu satunya jalan, bekali para kambing itu dengan perlindungan agar aman.
Apakah tidak justru membuat kambing yang "takut takut" menjadi berani menerobos batasan yang ternag dan gelap? Apalagi di iklannya, dicantumkan juga gambar rumput segar yang menerbitkan selera?
->Ya kita berharap, agar hanya yang beresiko saja yang pakai. Sedang yang belum pernah tidak mencoba.
Siapa yang bisa menjamin?
-> ini suatu upaya, agar penyebaran penyakit dari padang gelap itu tidak semakin parah, masih juga mereka meyakinkan para kambing waskitha.

Hari semakin sore. Para perumus kebijakan di dunia padang rumput raksasa itu saling berdebat dan berargumen. Semua meng klaim akan meyelamatkan komunitas kambing agar terhindar dari penyakit mengerikan tadi. Semua memiliki hujjah masing masing. Yang seringkali antara satu dengan yang lain tidak bisa saling klop. Ketika pendekatan yang dipakai bertolak belakang. Dan saat saat penyakit itu memang benar benar telah mengancam komunitas perkambingan.

Kabar terakhir, kambing kambing itu di padang gelap tidak sekedar makan rumput secara liar, namun juga kawin secara tak bertanggung jawab dengan kambing betina yang tidak terverifikasi. Dan sepulangnya berpotensi membawa penyakit.

Kembali para pembuat kebijakan dibuat pusing lagi. Setelah sepatu boot, jas hujan, desinfektan, terus apalagi yang mau dilakukan sebagai penangkal untuk kambing yang kawin sembarangan???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun