Swiss memang merupakan negara "mahal" untuk berwisata. Harga hotel, transportasi, makanan, sampai souvenir, harganya hampir dua kali negara-negara Eropa lainnya. Sekalipun demikian, di Swiss kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya ekstra untuk memasuki objek wisata atau atraksi.Â
Umumnya wisatawan yang berkunjung ke Swiss bukan untuk tujuan menjelajahi masa lalu di musim atau memacu adrenalin di taman hiburan, tetapi menikmati atraksi yang disuguhkan oleh alam. Semua tentunya gratis, sehingga cukup membayar biaya transportasi saja. Makanya Swiss Pass menjadi sangat penting, karena membuat kita bebas berkunjung ke manapun di negeri ini dengan biaya yang relatif hemat, termasuk potongan 50% biaya gondola ke Mt. Titlis.
Pagi itu di musim semi menjelang musim dingin. Siang sangat sebentar hadir. Sampai jam 8 pagi matahari belum menyemburatkan senyumnya, sedang jam 4 sore sudah menuju peraduannya.Â
Angin dingin terasa menembus jaket tebal saat berjalan menuju stasiun trem. Daun-daun yang basah tertimpa rinai malam tadi, membuat tubuh semakin terselimuti kedinginan.Â
Tidak lama menunggu, trem membawa kami ke Bern Bahnhof. Walau udara sangat dingin, ternyata aktivitas di stasiun berjalan normal. Orang yang berlalu-lalang sangat ramai, dan para petugas pun tampak telah memulai harinya. Memang manusia tidak akan mampu melawan alam, seperti rasa dingin yang sangat ini, tetapi manusia mampu beradaptasi dan hidup bersama semua yang disediakan alam.
Setelah menikmati perjalanan sekitar 45 menit menggunakan kereta, kami pun tiba di stasiun Interlaken. Memang tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa semua tempat di Swiss adalah destinasi wisata.Â
Baru saja keluar dari stasiun, kita akan menemui panorama yang sangat indah. Bangunan dengan latar belakang gunung yang mencirikan Swiss sudah lebih dari cukup untuk membuat kita terpana, dan mendorong diri kita untuk berfoto bersamanya.
Dari Interlaken, kami menaiki bus menuju Lauterbrunnen. Kata-kata tak akan pernah cukup untuk melukiskan keindahan yang ditemui dalam perjalanan dari Interlaken ke Lauterbrunnen.Â
Ekspresi kata-kata tidak akan mampu merefleksikan secara utuh, keindahan jalan yang berliku di sisi tebing yang puncaknya seakan memandangi kita, dan pepohonan di kanan dan kiri, yang seakan menyambut kita penuh keramahan.
Di Lauterbrunnen kita hanya membutuhkan segelas coklat hangat, lalu mencari tempat duduk yang nyaman. Arahkan pandangan pada tebing yang puncaknya disentuh lembut oleh awan. Sebegitu anggun dia berdiri, tetapi tak ada kesan kesombongan. Dia begitu bersahabat, dan menampilkan segala yang dimilikinya untuk membuat kita senang.Â
Begitu banyak cerita yang dialirkannya dalam diri setiap kita, sehingga setiap kita menangkap makna yang berbeda. Cukup lama kami berdua berbincang dalam kediaman yang dalam. Sayang, udara dingin tidak mungkin dirayu lagi. Kami harus berpisah dengan rasa yang terus terbawa hingga kini.