Bern Bahnhof sendiri sesungguhnya merupakan mall, dan di sekitarnya merupakan pusat perbelanjaan. Sungguh nikmat berjalan di sepanjang pertokoan, tetapi banyak wisatawan yang hanya tersenyum-senyum melihat harga produk yang dipajang di etalase.
Dari Bern Bahnhof kami melangkahkan kaki perlahan menuju Gedung Parlemen. Bukan untuk urusan politik tentunya, tetapi dari belakang Gedung Parlemen itu kita dapat menikmati panorama yang sangat indah.
Di kejauhan tampak bukit membayang karena sinar matahari yang baru muncul, yang di bawahnya berjejer rumah-rumah khas Swiss mengikuti liukan Sungai Aar yang jernih, serta pohon-pohon yang sedang menggugurkan daunnya.
Sebuah lukisan Sang Maestro yang sengaja dipamerkan untuk memanjakan mata kita. Betapa nikmatnya para anggota parlemen ini bekerja. Jauh dari kebisingan atau hingar-bingar kota. Kepeningan memikirkan negara tentu akan hilang hanya dengan menatap ke luar jendela. Apakah ini yang menyebabkan perpolitikan negeri ini terasa adem ayem?
Selesai menikmati lukisan alam ini, kita beranjak ke kota tua. Di sini kita akan menemukan Zytglogge sebuah clock tower yang sudah berumur 800 tahun, yang sekaligus menjadi landmark kota Bern. Menatap jam tersebut, sebuah kesan tiba-tiba muncul di hati, betapa Bern sangat menghargai apa yang dimilikinya.
Kesan tersebut makin menguat ketika melihat bagaimana kota ini menjaga ikatan sejarah dengan Albert Einstein, yang pernah tinggal di sana. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya rumah, museum, bahkan patung Einsten. Selanjutnya kita menyeberangi sebuah jembatan yang bernama Pont de Nydegg.
Persis di ujung jembatan ini ada Baren (Bear) Park. Sayang saat itu, sang beruang tidak menampakan diri, mungkin sedang latihan menjelang istirahat panjang di musim dingin. Menjaga eksistensi binatang yang menjadi lambang kota Bern di dalam kota, merupakan salah satu bentuk ekspresi betapa mereka menghargai apa yang mereka miliki.
Ditemani segelas cappuccino, sambil menatap jauh ke mentari yang perlahan bersembunyi di balik gunung, merupakan cara sempurna untuk menyelesaikan perjalanan di kota Bern.
Bern memberi pelajaran penting bagi manusia bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan, tidak harus melalui kepulan asap, deru mesin, dan dentingan baja. Bern hanya butuh menjadi dirinya sendiri, dan manusia-manusia bijak secara terus-menerus beradaptasi dengan kemauannya.