Pagi ini aku antar anakku sekolah. Karena jaraknya tidak begitu jauh aku antar dia dengan sepeda motor baruku. Sebenarnya aku mempunyai sepeda motor lain yang sangat setia menemaniku sejak aku SMP kelas 2. Kalau misalnya motorku itu anakku, mungkin dia sudah kudorong-dorong untuk cepat menikah karena usianya sudah menginjak 30 tahun. Aku tidak mau menggantinya walaupun suamiku berkali-kali membujukku untuk mengganti dengan yang baru. Kenapa harus diganti, jawabku suatu ketika. tidak pernah rewel, modelnyapun tidak terlalu ketinggalan, chasis malah lebih kuat dari motor model sekarang. Pokoknya aku setia padanya dan tak akan berpaling. Hanya karena musim bensin oplosan yang baru-baru ini terjadi atau memang karena motorku sudah dimakan usia, maka sepeda motorku terpaksa opname di bengkel. Agar acara mengantar anak dan belanja tidak terganggu, maka aku harus mengkhianati kesetiaanku padanya, kuiyakan saja ketika suamiku menawariku dengan motor baru.
[caption id="attachment_283894" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi : photo koleksi pribadi"][/caption] Sudah 4 hari aku memakai motor baruku, tetapi karena Lintang anakku sakit demam, ia tidak masuk sekolah. Motor hanya kupakai belanja sayur atau kadang ke toko dekat rumah. Hari ini hari pertama Lintang masuk sekolah setelah beberapa hari ijin sakit. Sebenarnya suamiku melarang Lintang masuk karena masik agak pilek dan cuaca kurang bersahabat. Tetapi aku bersikeras karena sudah tidak demam dan takut Lintang terlalu banyak ketinggalan pelajaran mengingat sudah kelas 6 SD, persiapan ujian kelulusan. Sewaktu menstarter sepeda motor, aku sebenarnya sudah agak curiga karena tidak ‘thok cer', sekali jadi. Setelah 3 sampai 4 kali baru mesin menyala. Tetapi aku tidak berprasangka buruk, aku lalu melenggang sampai sekolah Lintang. Tetapi di perjalanan pulang, sepeda motor mati dan tidak dapat distarter lagi. Ada apa ini, pikirku. Di petunjuk isi bensin masih mengarah ke F, ‘full', walau aku ragu alatnya rusak, tapi tetap saja aku buka sadel dan kulihat tangki bensin, bener penuh. Kuambil kunci busi dari bagasi disamping tangki, kemudian kulihat businya, ketika kucheck ternyata masih memercikkan api, berarti masih bagus, trus apalagi ya ? aku berpikir keras. Apa karburator kotor ? Tetapi aku tidak bisa membuka , lagian motor baru masak sih sudah kotor ? Wah apa ini gara-gara tidak nurut sama suami ya ? coba kalau aku tadi nurut, kalau misalnya macet juga tidak sejauh ini, paling-paling di tukang sayur gang sebelah rumah, banyak kenalan sekitar rumah atau tukang ojek yang bisa dimintai tolong. Ah tidak ada gunanya menyesal, pikiranku kembali ke sepeda motor. Apa ini sepeda motor tarikan orang yang tidak bisa mengangsur kemudia dijual lagi ya ?! lh jahat bener kalau gitu, ujubnya aku beli motor baru, cash, dan tidak murah mosok dikasih yang twee de hand ? berbekal pikiran itu aku berniat ke dealer motor yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat aku macet. Lagian seingatku disekitar sini tidak ada bengkel motor. Motor kutuntun, ternyata berat juga, lebih berat dari motorku yang lama. Beberapa orang yang berpapasan dengan aku menyapa, businya kali bu, atau yang sudah aku kenal bilang, bensinnya abis ya, .? atau gembos ya mama Lintang ? walau dengan terengah-engah aku jawab sapaan mereka, Mereka menyapa, sekedar simpati atau hanya ingin tahu entahlah.. tetapi tidak ada yang benar-benar menghampiriku dan mencoba mengecek motorku kenapa. Tapi aku harus maklum jam segini jam sibuk-sibuknya, yang kantoran sudah jam kerja, yang tidak kantoran juga jamnya cari uang, yang ibu-ibu jamnya belanja, lagian ibu-ibu... sama-sama berat kalau harus menuntun dan sama-sama nggak ngerti mesin. Untungnya tadi tidak ada yang nyeletuk, "macet ya ? STNK-nya basah kali,..." seperti candaku waktu kuliah jika ada kendaraan teman yang mogok. Dengan berpeluh, akhirnya sampai juga aku di dealer motor yang kutuju. Untungnya sudah buka. Mereka masih berbenah, ada yang baru menyapu, mengelap kaca dan ada yang baru datang. Wah bisa lama nih nunggu, pikirku. Karena capek dan pikiran merasa tertipu, maka ketika melihat salesman yang dulu melayaniku membeli motor datang, aku langsung teriak keras, " Mas, yak opo se, motor baru empat hari sudah mogok ?" "Kenapa bu ?" "Kenapa gimana ? pagi-pagi sarapan nuntun nih?! bensin ada, busi bagus, tapi distarter tidak bisa... motor seken kon kek no aku yo ? "Sabar bu, pagi-pagi marah nggak ilok, nggak bagus..." jawabnya mencoba menenangkan. "Motornya asli baru kok bu, mosok seh kami nipu, taruhannya nama baik dealer. Coba sini motornya tak cek-nya " katanya lagi sambil mengambil motor dari tanganku. Motorku dibawa masuk ke ruang bengkel dan aku mengikutinya. Motorku distandart dua, kunci kontak diputar ke arah on, dicoba distarter, tidak bisa menyala. "Gak iso kan mas ?!" kataku merasa apa yang kukatakan tadi benar. Masnya diam saja, kemudian matanya melirik tangannya yang memegang stang kiri, jempol tangan kirinya kemudian mendorong tuas kecil dibawah stang kiri, di starter, belum bisa, kemudian posisi kunci kontak dia offkan sebentar kemudian dia on kan lagi, dan menstarter...menyala ...! dia matikan mesinnya lagi, dia starter lagi, dengan segera menyala lagi..., dia cek lampu, klakson, righting, semuanya berfungsi seperti seharusnya.....standart dilepas, motor diputar balik kearahku, sambil menyerahkan motorku dia berkata, " bu, sepeda motor sampeyan tidak apa-apa, waktu ibu pakai tidak bisa distarter karena posisi chuck-nya ‘on' terus, jadi bensinnya membanjiri mesin, mlepek, jadi distarter tidak nyala....Cuma itu kok bu, " kemudian dengan senyum dia melanjutkan, " lain kali kalau mau naik motor dibaca dulu manualnya ya bu..." Wajahku memanas, kalau mengaca mungkin memerah seperti kepiting rebus !. Sudah capek nuntun ,ditambah malunya itu , menuduh orang yang nggak bener, sudah marah-marah ternyata yang salah aku, karena ketidaktahuanku.... semuanya hanya karena sepele , tuas chuck !!. kenapa tidak terpikir olehku ?? aku tidak bisa berkata apa-apa...tapi dalam hati aku berteriak,"jiangkriiiiiiik...!!!!..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H