Mohon tunggu...
Hardiman Komara
Hardiman Komara Mohon Tunggu... -

pelajar yang ga bisa diam. dalam artian selalu ingin berkarya dan berprestasi dalam hal apapun. satu kata kepribadiannya "sibuk bukanlah penghalang.".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kado Ulang Tahun dari Tuhan

25 Mei 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun waktu berjalan cepat, aku pun terguling-guling diatas aspal dan terkapar begitu saja. Tubuhku serasa sakit, sakit yang begitu mendalam dengan penuh tanda Tanya. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan apa yang menjadi penyebab akan semua ini?.

Sesuatu yang tak pernah kufikirkan kalau hari kelahiranku akan dirayakan oleh orangtua dan saudara-saudariku. Aku tak menyangka hal ini akan terjadi. Selain kutahu keluargaku sangat agamis yang segala sesuatunya selalu dikaitkan dalam urusan agama. Mereka bilang kalau ulang tahun hanya dirayakan dengan nyanyi-nyanyian gak jelas seperti itu “happy birth day to you” hanya akan berdampak negative. Kita dianggap seperti kaum Kristen lah, atau apa lah negative thinking yang lainnya. Hal remeh ini tentunya pasti tak pernah terfikirkan dalam benak fikiran mereka.

Tapi semuanya berbeda. Aku yang tak berfikir akan hal ini, tiba-tiba tersentak begitu saja dengan ungkapan ibuku yang saat itu sedang asyik kumpul keluarga. “Ki, 16 juni kelak kamu akan berusia ganjil 15 tahun. Kami sempat berfikir untuk merayakan hari ulang tahunmu.” Ungkapnya mengawali pembicaraan.

Saat itu aku sedang tak sadar karena sedang mencicipi bubur kacang hijau buatan ibuku yang kukenal sangat lezat dan mantap dilidahku. Kucoba kendalikan perasaanku. Kaget campur senang teryatu dalam perasaan yang aku alami kala itu. Tapi kucoba tutupi kekagetanku dengan berkata sekenanya “ia, memangnya kenapa? Ga biasanya hari ulang tahun mau dirayakan.” Tepisku.

usia ke 15 merupakan usia dimana seseorang mulai beranjak dewasa. Kita rayakan hari ulang tahunmu dengan Shedekahan. Jawabnya pasti.

Shedekahan, hmm… dikampunku kata ini merupakan sebuah istilah. Kalau bahasa umumnya kita sering mendengar dengan Yasin & Tahlil yang mana ahlul bait nantinya akan memberikan makanan dan sebagainya sebagai shodaqoh.

Cukup mauk akal mungkin, ketika orang tuaku menginginkan kebaikan dikala diriku beranjak kemasa dewasa. Acaranya pun masih berbau agamis dengan Shedekahan. Mungkin harapan orangtuaku agar aku menjadi orang baik dan anak yang soleh serta terhindar dari marabahaya dimasa dewasaku ini.

16 juni 2010, Hmn… tanggal itu jatuh esok hari yang bertepatan dengan hari jum’at. Orangtua dan saudara-saudariku mulai sibuk mempersiapkan segalanya guna lancarnya acara tasyakuran hari kelahiranku ini.

-=-

Singkat cerita, semua persiapan telah disiapkan dengan matang dari tempat, makanan dan hal-hal lainnya. Tapi satu hal yang kurasa belum fix. “Yaps, buah.” Ungkapku dalah hati. Rasanya tidak nikmat bila ada hidangan tanpa buah disampinya. Lantas aku berfikir sejenak. Kemudian kubulatkan niatku untuk pergi keluar mencarinya. Tatkala itu buah yang menjadi incaranku adalah buah melon. Karena selain buah yang menjadi kesukaanku, pasti lainpun suka akan melon ini.

Sebelum pergi, sebagai anak yang berusaha berbakti kepada orangtuanya kucoba minta izin dan minta do’a agar selamat diperjalanan pada ibuku. Tatkala kudatangi, kulihat raut mukanya seperti ada rasa kegelisahan yang tersembunyi. Tapi tak kuhiraukan semua itu. “Ma, kiki pamit keluar. Mau beli buah-buahan ma.” Pintaku sedikit melas.

tidakkk…”mamaku tersentak. “jangan keluar ki, diluar hujan gerimis. Nanti kamu ada apa-apa lagi.” Cemasnya.

tidak apa-apa ma, aku bisa jaga diri ko.” Ungkapku meyakinkannya.

Mama tidak berkata apa-apa. Aku hanya menilai dari dianya sebagai tanda setuju aku diizinkan untuk pergi. namun aku sedikit ragu akan hal ini. Tapi karena sudah bulat, akhirnya tak pikir panjang lagi kudekati motor kakaku yang berada dihalaman belakang rumah. Ku angkat kakiku keatas jok motor menaikinya, lantas kutancapkan gas bergegas pergi ketoko buah terdekat.

-=-

Hampir setengah jam sudah kukendarai motorku ini. Namun nihil hasil yang kudapatkan. Tak ada satu toko pun yang kudapatkan. Padahal sebelumnya banyak sekali toko buah yang buka dekat rumahku karena letaknya memang dekat dengan terminal.Fikirku mungkin karena gerimis makanya tak ada toko buah yang buka. Mana mungkin ada yang beli gerimis gini.

Kemudian kuputuskan untuk membeli buah ketoko buah yang letaknya agak jauh. Tapi hati kecilku mengatakan tidak. Namun karena ini untuk hari spesialku, kumantapkan niatku untuk melakukannya walaupun jauh dan agak beresiko. Karena tempat yang akan kujamah sedikit rawan kecelakaan.

Untuk mempersingkat waktu karena sedikit tersita untuk ketika keliling mencari toko buah terdekat lantas kutancapkan kecepatan motorku mendekati 80 k/m. kecepatan yang seharusnya tak boleh kucapai dalam keadaan gerimis dengan jalanan yang menjadi licin seperti ini.

Akhirnya hal yang tak kuinginkan pun terjadi. Motor yang kukendarai dengan laju kencang terpental akibat motorku yang kala itu kurem mendadak karena mobil yang berada disisi kiri melambat ketika ada polisi tidur. Rem tersebut mengakibatkan pentalan yang luar biasa bagiku. Aku tak sadarkan diri, bagai burung terbang tubuhku melayang tak sadar dibuatnya. Namun waktu berjalan cepat, aku pun terguling-guling diatas aspal dan terkapar begitu saja. Tubuhku serasa sakit, sakit yang begitu mendalam dengan penuh tanda Tanya. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Dan apa yang menjadi penyebab akan semua ini?.

Setelah kesadaranku pulih kembali, kucoba periksa tubuhku. Jari tengah tangan kiriku hampir putus berlumuran darah. Sakit rasanya tak kuasa untuk memegang sesuatu. Namun kucoba bangkit dan kuatkan diri untuk meraih motorku. “Alhamdulillah, hanya berupa goresan-goresan kecil tak ada cacat pada motorku.” Syukur batinku. Ternyata ketika kurem, motorku hanya terseret dan dirikulah yang terpental kira-kira 3 meter sambil terguling-guling. Kemudian kuraih motorku, memang tak ada apa-apa hanya berupa goresan akibat terseret. Kukumpulkan tenagaku, lantas kutancapkan gas dan bergegas pulang. Ditengah perjalanan Alhamdulillah kutemukan toko buah yang selama ini kucari. Setelah itu, fikiranku hanya tertuju pada rumah mudah-mudahan tak terjadi apa-apa. Aku pulang walaupun dengan keadaan susah payah.

-=-

Sesampainya dirumah aku bersyukur karena apa yang aku harapkan benarlah terjadi. Semuanya tak ada yang tahu akan insiden yang menimpaku tadi. Aku bergegas kedapur, kusimpan buah yang aku beli ditengah perjalanan pulang dan kubersihkan darah yang mengotori kulitku dikamar mandi.

Acara sedekan pun berjalan dengan lancar. Sungguh tak terjadi apa-apa. Bahkan aku sendiri yang memimpin pembacaan yasin dan tahlilnya. Setelah semuanya selesai, kudekati mamaku. Kubisiki telinganya prihal insidenku tadi. “ma, waktu kiki beli buah, kiki kecelakaan ma.”. mamaku hanya tersenyum. Aku tak faham akan senyumanya, aku taku salah menilainya lagi. Tapi aku bingung, masa seorang ibu yang anaknya tertimpa musibah hanya diam dan tersenyum.

Kemudian ibuku angkat suara dan berkata “kiki tidak nurut sih apa kata mama, gini kan jadinya. Tapi kiki harus bersyukur, mungkin Allah benar-benar sayang sama kiki. Allah gak mau kiki jadi anak durhaka yang tak mau nurut apa kata orangtuanya. Makanya Allah negur kiki, meskipoun caranya agak menyakitkan. Anggap saja ini semua sebagai hadiah kado ulang tahun kiki yang ke 15 dari Allah berupa nasihat agar kiki selalu taat dan nurut apa kata orang tua selama tidak dalam hal kemaksiatan.

Diriku bagai tanah tandus yang yang melempem sekalinya disiram air mendengar ucapan intan yang keluar dari mulut ibuku. Pipiku basah, air mataku pun begitu derasnya mengalir. Namun hatiku serasa tenrem dibuatnya. Ternyata baru kufahami selama ini akan ayat yang berbunyi “Dan janganlah kamu mengatakan Ahh.. pada kedua orang tuamu.” Saat itu juga aku berjanji pada diriku akan selalu taat pada orangtuaku tak mau aku menjadi anak yang durhaka. Sungguh begitu berharganya kado yang kuterima dariNya. Terimakasih mama, terima kasih yaa Allah tuhanku tuhan semesta alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun