Mohon tunggu...
hardika widi satria
hardika widi satria Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa tingkat akhir yang hobinya jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ekspedisi Cuypala, Gunung Slamet 3428 MDPL 27-30 Desember 2009

25 Mei 2010   05:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:59 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Sabtu, 26 Desember 2009 selepas adzan magrib. Hujan gerimis menemani langkah kami menuju stasiun Pondok Cina. Saya merasa was-was selalu sepanjang jalan karena pengait webbing carrier saya sempat putus, beruntung si Boogie dilengkapi dengan pengait webbing cadangan . Cuaca yang kurang bagus tidak menyurutkan langkah kami untuk meneruskan perjalanan sampai ke stasiun Cikini. Di Cikini, seperti biasa Metro Mini orange 17 dengan setia menunggu kami untuk sekedar menemani sampai stasiun Senen.

Jalan sedikit dari terminal Senen ke stasiun Senen hujan rintik masih menggelitik kepala kami. Ada hal lain yang terasa diantara jatuhan rintik hujan tepat di jidat saya, terasa hangat dan berwarna putih. Segera saya menyekanya dengan tangan dan mulai menyadari bahwa itu adalah kotoran burung!!...hahahah, Ipan dan Barun yang ada di samping saya tertawa lepas. Saya merasa sial sekali saat itu, sudah pengait webbing putus dan kejatuhan “cream” tepat di jidat!. Tetapi rasa sial tersebut sirna ketika kami mendapatkan bonus ekstra 2 buah tiket, yang lalu kami kembalikan ke loket. Lumayan dapat uang tambahan Rp.47.000,.

Tiket sudah di tangan masing-masing tapi masih ada yang kurang, 2 orang sahabat kami; Ambo dan Toad yang masih dalam perjalanan. Akhirnya kami berenam masuk kereta Progo dan dapat lapak di dekat WC gerbong, hehehe. Sepertinya kita mulai akrab dengan WC gerbong sodara-sodara!. Ambo dan Toad kami suruh menyusul kereta di stasiun Jatinegara. Di Jatinegara pula kami berkumpul lengkap dan menata carrier-carrier kami dekat dengan WC. Karena sempitnya ruang, sebagai anak UI kami berinisiatif untuk mengubah WC menjadi “kos-kosan”. Hehehehe, cukup nyaman untuk sekedar rebahan sejenak didalamnya. Secara bergilir kami tidur di “kos-kosan” tersebut, lumayan nyenyak lah karena bebas dari gangguan pedagang asongan.

Sungguh malam minggu yang berkesan bersama Progo!!!...

Minggu dini hari (27 Desember 2009) kira-kira jam 4 kami tiba di stasiun Purwokerto. Di sana sudah ada teman dari Unsud yang menjemput kami menuju basecamp KSMPA Titik Nol, di Purbalingga. Di basecamp kerjaan kami cuma tidur, ngobrol, makan dan packing. Di basecamp pula saya bertemu Kang Iin dan teman2 dari Wonosobo lainnya(Cecep dan Nanang). Saling sharing pengalaman serta bercanda adalah momen yang saya sukai ketika berada di basecamp. Kita semua beda dalam banyak hal tapi jadi satu, ngeblend karena satu moto BACKPACKER IN BROTHERHOOD…. m/

Minggu sore hari kami berangkat menuju Bambangan, salah satu pintu masuk menuju ke gunung Slamet. Bambangan tampak tidak banyak mengalami perubahan sejak setahun yang lalu saya mengunjunginya, hanya ada tambahan satu Mushola saja dekat dengan posko pendakian. Setelah semua logistik terpenuhi kami semua berdoa agar diberikan keselamatan selama pendakian. Amin.. kami pun mulai melangkah setapak demi setapak menuju puncak.

Untuk mencapai puncak Slamet rute Bambangan kita harus melewati 8 buah pos. Dan perjalanan malam kami kala itu berhenti di pos 2, tenda didirikan makanan serta minuman pun di hidangkan. Sungguh beruntung Cuypala bisa jalan bareng kang Iin. Sebagai seorang ranger Sindoro Sumbing dan dengan pengalamannya yang segudang dia dengan senang hati membimbing dan membagikan ilmunya kepada kita semua. By the way, harus ada yang pinter masak kayak Kang Iin juga nih di Cuypala jangan pada cuma bisa ngabisin makanan doank…hehehe (no offend guys but it’s really serious)

Perjalanan ini lebih tepat dibilang sebagai refreshing daripada sebuah ekspedisi, karena semua berjalan begitu santai dan sesuka hati. Tidak ada time management, bangun tidur adalah ketika memang benar-benar bangun karena sudah kenyang tidur bukan karena bunyi alarm…hahahahaha, dasar kumpulan para freelance!!
Begitu juga dalam urusan makanan kita tidak punya rencana atau menu…hmm,,mungkin kita telah membuat menu makanan, tetapi entah apa yang terjadi ketika kita berada di atas.. kemana semua plan itu pergi sodara-sodara sekalian???........

Senin, 28 Desember 2009. Sarapan telah dihabiskan dan kami, --kecuali Kang Iin yang jaga tenda-- berangkat untuk menuju puncak. Dengan hanya membawa daypack langkah terasa lebih ringan dan cepat. Kami beristirahat sejenak di setiap pos hanya untuk sekedar menarik napas ataupun menyulut sebatang rokok. Di pos 5 saya, Ambo, Toad, Aziz dan Barun turun ke mata air untuk mengisi botol yang kosong. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menembus pos 6, 7 dan 8 dengan rintangannya masing-masing. Pos 8 adalah batas terakhir vegetasi. Kami memutuskan istirahat sejenak sambil makan siang di batas vegetasi akhir sambil menunggu kabut reda.

Setelah lambung terisi kembali kami pun memulai summit attack, kali ini tanpa Nanang yang memilih tidur di pos 8. Jalur menuju puncak terbilang terjal dan penuh akan pasir serta kerikil. Banyak halangan yang merintang menuju puncak dan saya yakin setiap orang pasti merasakannya, everybody has their own problem. Saya bisa membacanya dari setiap raut muka sahabat saya. Semua usaha dan setiap peluh yang menetes dari tubuh ini terasa sangat berharga ketika kita telah sampai di puncak tertinggi kedua di pulau Jawa ini. Seorang Inggris bernama Sir Oliver Lodge pernah berkata: “no sacrifice is wasted”…memang begitu lah sodara, usaha kita menuju puncak tak akan terbuang cuma-cuma karena berada di puncak Slamet meninggalkan kesan tersendiri dan mendalam bagi setiap orang yang pernah mengunjunginya.

Perjalanan turun dari puncak menuju pos 2 terbilang cepat. Turun dari puncak sekitar jam 4 dan sampai pos 2 ketika waktu salat maghrib telah masuk. Dan sekali lagi kami bermalam di pos 2. Sesampainya di sana makanan dan minuman telah tersedia karena telah dibuatkan sebelumnya oleh Kang Iin. Semua tampak sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Ada yang menghangatkan diri dekat api unggun, ada yang masak, ada yang tidur, ada yang bercanda juga. Suasana malam kala itu memang hangat ditemani dengan bulan purnama yang hampir penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun