Mohon tunggu...
Halluna
Halluna Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Manis yang pingin tinggal di bulan. Memiliki kedekatan yang tidak biasa dengan DVD player dan konter donat. Gitu aja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ini Sengaja

26 November 2013   08:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:40 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berapa lama kau sudah membawa hati itu pergi? Hati yang sangat sayang dan menginginkan kau isi. Aku tak mengenali lagi, kapan terakhir kita berbincang tentang perasaan. Atau mungkin kita memang tak pernah membicarakannya sama sekali. Benarkah? Aku yang terlalu geer mungkin, ya. Padahal sudah berkali-kali aku bertanya dan berkali-kali juga jawabanmu tetap sama. Kau tak pernah jatuh cinta padaku. Sekali pun. Sedikit pun. Harusnya aku segera menyingkir dan membencimu, kan. Tapi aku tak pernah bisa bertahan lama. Mungkin sebulan aku bisa mengutukmu sebagai laki-laki paling jahat sedunia. Tapi sebulan berikutnya aku akan menyanjung dan memaafkanmu lagi.

Aku bodoh? Mungkin juga.

Baru ingat kalau kau dan aku memang tak pernah benar-benar bersama. Aku yang seorang perempuan biasa, pemimpi akut, kadang tak tahu malu, tapi sangat sayang padamu. Kamu yang seorang laki-laki tampan, pintar, tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan dan tidak pernah mengharapkan kehadiranku. Dari sini saja harusnya aku jangan berani lagi memikirkan dan berharap banyak tentangmu. Aku mau mengerti, perasaanku tidak. Aku harus bagaimana?

Hari ini aku minum secangkir kopi. Takarannya satu sendok kopi dan dua sendok gula. Seleramu. Sebetulnya aku lebih suka minum coklat panas ketimbang kopi. Tapi karena hari ini aku sedang ingin menyakiti diriku sendiri dengan mengingatmu, maka kumaklumi pagi ini untuk minum secangkir kopi.

Warna favoritmu, masih hijau? Aku masih tetap biru. Langit yang menaungimu, juga masih berwarna biru, kan? Tak perlu menjawab, karena jawabannya pasti iya. Kecuali jika aku tanya apakah kau pernah mencintaiku? Jawabanmu pasti bukan iya. Aku tahu, sudah tahu. Biarkan saja.

Hari ini, sengaja aku sakiti hatiku lagi, dengan mengingat hal manis yang pernah aku lakukan bersamamu, dulu. Meski pun kita hanya bertemu sekali, sehari, tapi aku tetap bisa ingat seperti apa wajahmu? Bentuk alis dan hidungmu. Bentuk bibir dan bagaimana kau tersenyum. Aku juga masih ingat, seusai bercinta kau langsung bisa tertidur pulas, namun bisa terbangun karena suara handel pintu ketika aku ingin ke kamar mandi. Aku juga ingat aroma tubuhmu ketika memelukku, juga masih seusai kita bercinta. Aku rindu padamu, hari ini, sengaja aku sakiti hatiku lagi.

Entah ini dibolehkan atau tidak, tapi aku ingin mengakui bahwa aku pernah memilikimu. Memiliki tubuhmu untuk kupeluk dan kucium. Memiliki pagi ketika kita sarapan bersama, memiliki siang yang kita lalui dengan bercinta, memiliki malam yang kita lalui- dengan tidur karena terlalu lelah sesiangan tadi. Aku rindu padamu, hari ini, memang sengaja aku sakiti hatiku lagi.

regards

HL

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun