Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puisi Ramadhan: Sepuluh Takjil dan Kita yang Menaruh Pinta

15 Maret 2024   20:19 Diperbarui: 15 Maret 2024   20:20 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasar takjil (Sumber: pexels.com)

Sepuluh Takjil dan Kita yang Menaruh Pinta || Puisi Dian Chandra

Kita menempuh keramaian pasar
Dengan sekantung uang
& perut yang lapar

Kita memilih-milih
Dengan segala perkiraan
Yang kita miliki
--saat-saat lidah libur seharian

& insting yang mendadak tumbuh

Baca juga: Puisi Ramadan

Kita kuatkan pilihan
Pada igik delimo, roket, pekempek
tekwan, mie ikan, serabi kuah durin
bolu kuci, hengkulun
& lemper

Kita pulang
Dengan hati lapang
Sembari menunggu maghrib
--dengan segala pinta
yang merambat
melalui jari-jemari kita

Toboali, 15 Maret 2024

Suasana berburu takjil (Sumber: Tribun)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun