PUISI RAMADAN: Menunggui Waktu
jauh-jauh setelah sahur ia tanggapi dengan santuy
ia mulai mengatur pikir
agar tak lupa zikir
di sela-sela harinya
yang fakir
usai sahur
ia tak pernah tidur
ia hitung-hitung jumlah beras
"cukupkah mengganjal perut anak-anak?"
ia rapihkan air mata
di sela-sela hidungnya
hingga betul-betul sedap dipandang
sedang kutu-kutu kian gencar saja
memuat pemukiman
di dalam sekantung beras
yang tak cukup-cukup ia hitung
ia tunggui waktu
usai sahur yang pilu
--ketika meja makan mulai bertandang sepi
hanya ada bubur & segelas keikhlasan
yang melekat
di wajah anak-anaknya
Toboali, 13 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H