Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tulang-tulang Balung Buto | Puisi Dian Chandra

18 Oktober 2023   11:08 Diperbarui: 19 Oktober 2023   11:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tulang-tulang Balung Buto berserak
mengumpul di lembah, di kali, di sungai, di lereng, di gunung
berumah dalam Sangiran
yang kau jual satu-satu, sembunyi-sembunyi pada Von Koenigswald
hasil perasan otak Eugene Dubois.

Hominid namanya, kadang-kadang Homo Erectus
manusia awal yang kini kerap kau tertawakan
pun sebut-sebut tak sesuai ajaranmu.

Lapisan-lapisan purba saksinya
tempat budaya lampau bermula
dengan serakan artefak batu juga fosil-fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan
yang jadi rebutan penelitian
sudah sejak abad ke-19.

Yang gedungnya megah
berdiri tegak lurus menatap nyala api purba: Gunung Lawu
melukiskan tatap harap keseratus fosil manusia purba
yang sekujur tubuh (tulang belulang), jejak, lingkungan, dan makanannya adalah hingar bingar penelitian
yang menumbuhkan birahi UNESCO
lalu mempersuntingnya dengan mahar The World Heritage.

Tulang-tulang Balung Buto: ranum, gurih, dan membikin hendak
memancing UNESCO menggapai-gapai dengan nyala api yang sama purbanya
meski tanpa kulit berpasang daging, tulang-tulang Balung Buto mendekap keingintahuan dalam tanah Sangiran.

Toboali, 12 Januari 2022

Catatan: puisi tidak hanya terinspirasi dari situs Sangiran dan kehidupan manusia purba di dalamnya, tetapi juga terinspirasi dari mitos lokal yang menyebut-nyebut keberadaan Balung Buto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun