suatu pagi,
aku mencium bau puisi
di sisa sisa panci gosong
usai memasak air
semalam
setelahnya,
kutemui bahasa bayi
di rahimku sendiri
kami bercakap cakap perihal
bau puisi
yang mulai pesing
mungkin lupa memakai popok
semalam
: sebab ia terlalu pikun
untuk mengingat apa apa
di tubuhnya
aku menjeda napas, satu satu
sembari mengingat ingat
sisa sisa tulang ayam
yang disembunyikan tikus
: sebab bau bangkai merayap
di hidungku
serupa puisi yang tak bertuan
usai gagal viral
di suatu pagi,
aku telah ke mana mana
di mana mana mencium bau puisi
: ia yang sedang bertengger di batang hidung
burung kedasih
& lalu lalang kawanan semut
di tepi tepi jendela kamar
o, ia yang bersembunyi
pada bau sawah
: lihat pada kaki kaki burung bangau
yang bergelantungan di tangan pemburu
abal abal
o, ciumlah pada karat cincin kawinku
ini!
Toboali, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H