"Kau ingin jadi pahlawan, hah? Ingin jadi penyelamat para wanita bodoh itu?" Si pria berteriak seraya menarik rambut wanita di hadapannya. Wanita itu tak menunjukkan sedikit pun rasa takut. Ia justru menantang dengan matanya yang tajam.
"Kau pikir, aku bekerja sendirian? Wanita yang kau anggap bodoh itu tak akan pernah membiarkanku mati. Coba kau lihat di belakangmu!" teriaknya, seketika si polisi menengok ke belakang. Benar saja kini di hadapannya telah berdiri sepuluh orang wanita yang para lelakinya mati di tangan sang Petarung Kuno.
Para wanita itu bersatu, mengepung si polisi muda, lalu beramai-ramai menikamnya.
"Petarung Kuno, kita apakah tubuh pria jahat ini?" tanya Lolita, si dokter bedah yang bertahun-tahun menjadi korban rudapaksa atasannya.
"Bakar," sahutnya santai seraya memasang kembali baju besinya.
"Sudah kubilang, jangan pernah meremehkan wanita yang kalian anggap lemah itu! Satu hati yang patah, suatu saat akan mematahkan seluruh tulangmu!"
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H