CILUAR, JL. KEMAKMURAN, JL. BALAI BENIH, DAN JL. KEMAKMURAN LAGI || Puisi Dian Chandra
Ciluar yang mungil, tempat aku berkelakar dengan imajinasi
bermain-main dengan penjagaan Ayah
yang kerap terlelap saat hujan mendadak berjatuhan
tergeletak di dalam ingatan kanak-kanak:
bengal
Hari-hari berlalu, melawat asuh di Jl. Kemakmuran yang asing
kubangun pertahanan di wajahku yang terpencil
meraba-raba wajah-wajah asing
bersama adik perempuanku
memakukan kenangan:
berburu ibu
Datang pada Jl. Balai Benih
yang selalu sunyi siang dan malam
silam menyusun kepingan hari-hari
perjalanan bersama-sama, pada rumah yang bermukim kata-kata di bawahnya
bayang-bayang sumringah:
dalam lezatnya burung hutan
dan kengerian ular piton
yang membenam perutnya dalam tubuh bebek-bebek
satu per satu
Balai Benih terlampau sepi
sedang gairah dan geliat kota
ada di Jl. Kemakmuran
perjalanan pun berulang-ulang
mengunci diri pada kesibukan
yang harus sampai pada dataran masa depan:
Universitas Indonesia yang lalu lalang di TVRI
Oxford yang menanam diri di buku-buku tulis
dan
keinginan yang lain
Betapa langkah harus segera sampai
adalah buku-buku yang satu-satu datang, satu-satu mengupas hari, satu-satu menyimpan catatan peristiwa
biakan dongeng-dongeng Mama
dan keingintahuan yang melimpah ruah
Toboali, 29 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H