Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Batu Belimbing

1 September 2022   19:08 Diperbarui: 1 September 2022   19:12 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BATU BELIMBING || Puisi Dian Chandra

 
hendak kutemui batu belimbing
melalui jalan suhaili toha:
rumah para nelayan
yang mengolah udang jadi belacan
dan
menggiring ikan menuju kempelang, kerupuk, keritek, dan getas

 
dari jauh, kulihat batu belimbing berdiri kukuh di atas bukit
ia sedang menghitung kawanannya
yang hilang ditelan tumbuhan
beserta reruntuhan ingatan
 

kuisap udara, menghalau angin
yang hendak menguliti pengembaraan
berderak-derak memanggil-manggil kantuk
di lorong-lorong otak
 

sedang aku tak tersihir
sebab lorong otak dipenuhi tanya
mengalir menuju keingintahuan yang ramai
pekat tekad
hendak menguliti muasal batu belimbing:
- tertawan ketinggian bukit
 

adakah peradaban di sini?
 

Toboali, 09 April 2022
 
 
 
 
 
 
 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun