Mohon tunggu...
Hardian Ahmad
Hardian Ahmad Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

Arsitek yang memiliki ketertarikan pada bermacam-macam hal seperti arsitektur, perkotaan, pariwisata, sejarah dan tempat-tempat bersejarah, teknologi, mainan, games, musik, internet culture.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menemukan Jiwa Yogyakarta: Perjalanan Mempesona Menuju Becici

7 Desember 2024   10:30 Diperbarui: 12 Januari 2025   09:52 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IShowSpeed di Yogyakarta (sumber : Screencapture livestreaming IshowSpeed)

Pernah terpikir bagaimana rasanya mengunjungi sebuah tempat yang seharusnya sudah lama kamu kunjungi? Itulah yang  Saya rasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Yogyakarta. Kedatangan Saya ke Yogyakarta bertepatan dengan viral-nya kunjungan iShowSpeed, streamer gaming terkenal yang videonya membuat kehebohan di media sosial. Tapi di balik kehebohan itu, Saya menemukan Yogyakarta yang jauh lebih dalam dan memikat.

Perjalanan Saya dimulai dari Bekasi menggunakan layanan travel langganan yaitu buswisata,  memilih paket 4 hari dari dua paket yang tersedia (satunya lagi 3 hari). Setelah perjalanan sekitar 300-an KM, travel memutuskan untuk tinggal di sebuah guest house di Prawirotaman adalah pilihan yang tepat. Di sini, aroma kopi dari kedai-kedai artisan bercampur dengan wangi gudeg dari warung-warung tradisional. Backpacker lokal dan internasional berbaur dengan penduduk setempat, menciptakan atmosfer yang unik.

Kampung Bule Prawirotaman (sumber : https://jogjakartour.com/prawirotaman)
Kampung Bule Prawirotaman (sumber : https://jogjakartour.com/prawirotaman)

Pagi-pagi sekali, travel menjadwalkan untuk mengunjungi Bukit Becici. Pengalaman mendaki bukit dalam gelap memunculkan kesan tersendiri. Setelah mencapai puncak pemandangan yang kulihat di puncak Becici punya karakter tersendiri. Hamparan kabut tipis menyelimuti pepohonan, sementara matahari perlahan muncul dari balik gunung, menciptakan gradasi warna yang memukau. Di Becici, aku bertemu dengan Pak Karyo, seorang penduduk lokal yang dengan bangga menceritakan transformasi bukit ini dari hutan biasa menjadi destinasi wisata.

Puncak Becici (sumber : https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/37758/jagad-mangunan-puncak-becici)
Puncak Becici (sumber : https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/37758/jagad-mangunan-puncak-becici)

Puncak Becici II (sumber : instagram @gadistafidha)
Puncak Becici II (sumber : instagram @gadistafidha)

Setelah Beccici, aku meneruskan perjalanan ke Hutan Pinus Pengger. Jika Becici memukau dengan pemandangan sunrise-nya, Pengger menawarkan pengalaman berbeda dengan deretan pinus yang menjulang tinggi. Suasananya mengingatkanku pada hutan Black Forest di Jerman, tentu dengan sentuhan tropis yang khas.

Kedai Kopi dan Panggung Hutan Pinus Becici (sumber : https://jogja.tribunnews.com/2023/09/08/pesona-keindahan-wisata-puncak-becici)
Kedai Kopi dan Panggung Hutan Pinus Becici (sumber : https://jogja.tribunnews.com/2023/09/08/pesona-keindahan-wisata-puncak-becici)

Yogyakarta lebih dari sekadar destinasi wisata. Ia adalah pengalaman budaya yang kompleks, perpaduan sempurna antara warisan sejarah dan modernitas yang dinamis. Sebagai travel blogger yang telah mengunjungi berbagai tempat di dunia, aku bisa mengatakan bahwa Yogyakarta memiliki keunikan yang tidak dimiliki tempat lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun