Di awal bulan April 2016, tepatnya tanggal 4-6 April, sedang dilaksanakan Ujian Nasional bagi para siswa SMA/SMK/MA serentak di seluruh Indonesia. Tentu saja moment tersebut menjadi moment yang sangat menegangkan bagi para siswa. Berbagai macam persiapan telah mereka lalukan dalam menghadapi UN. Pun juga dalam hal merayakan kesenangannya setelah melewati masa UN, bahkan tanpa harus menunggu pengumuman kelulusan. Coret coret seragam sekolah dan konvoi adalah model perayaan yang sudah sangat biasa bagi sebagian siswa di era pop sekarang ini, sehingga mereka mulai berpikir keras untuk mencari model perayaan baru yang lebih kreatif, menurut pemahamannya. Misalnya saja model perayaan pool party setelah UN yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
Baru-baru ini, berita dan artikel mengenai tewasnya siswa SMA setelah menggelar perayaan UN mulai mencuat dan menghebohkan. Bagaimana tidak, pelaksaan UN bahkan belum cukup seminggu berlalu. Sangat ironis. Model perayaan “kreatif” seperti apakah yang gerangan yang mereka pilih sehingga menjadikan nyawa sebagai taruhannya? Usut punya usut, ternyata si “mabuk irit” lah yang mencuri perhatian mereka.
Sesuai yang dituliskan dalam artikel yang rilis 10 April 2016, ketiga pemuda tewas usai pesta Obat Keras Berbahaya karena over dosis setelah menelan masing-masing lebih dari 40 butir obat. Obatnya jenis trek (triheksifenidil) dioplos dengan alkohol 70%. Korban mengalami sakit di dada dan kejang kejang sebelum menginggal.
Sebenarnya kasus mabuk irit atau istilah modern nya nge-fly, sudah banyak terjadi akan tetapi yang membuat saya terperangah adalah karena ternyata sekarang ini perlahan mulai menjangkiti kalangan pelajar, sehingga turut serta menjadi salah satu list model perayaan siswa setelah melalui UN.
Untuk apa sih Triheksifenidil?
Trek atau nama lengkapnya Triheksifenidil (trihexyphenidyl) atau sering disingkat lagi dengan nama THP, adalah obat untuk mengatasi gejala Parkinson, dan juga digunakan untuk mengurangi efek samping obat antipsikotik pada pasien gangguan jiwa/skizoprenia.
Obat ini tergolong dalam kelas obat antikolinergik atau antimuskarinik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer. Senyawa ini bekerja dengan cara berikatan secara blokade kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor, sehingga menghasilkan efek mengurangi kekakuan otot, keringat berlebih produksi saliva tremor, dan meningkatkan kemampuan mengatur gerakan yang biasanya terjadi pada pasien Parkinson atau pada pasien skizoprenia yang menggunakan obat antipsikotik.
Triheksifenidil juga turut mengatur pelepasan dopamine melalui kerjanya pada neuron dopaminergik dengan mekanisme kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin dari vesikel prasinaptik, penghambatan ambilan kembali dopamin ke dalam terminal saraf prasinaptik atau menimbulkan suatu efek agonis pada reseptor dopamin pascasinaptik.
Apa efek samping dari Triheksifenidil?
Efek samping perifer Triheksifenidil yang umum adalah pusing, mual, muntah, diare mulut kering, kurang berkeringat, penurunan sekresi bronkhial, pandangan kabur, kesulitan buang air kecil, konstipasi, dan takikardia. Sedangkan efek samping sentral yaitu sulit berkonsentrasi, depresi, kebinggungan, kejang-kejang, tidak bisa tenang, hiperaktif, halusinasi, dan kehilangan kesadaran. Dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan pikun lebih awal. Ini efek samping untuk penggunaan yang tidak sesuai.
Bagaimana dengan Alkohol?