Mohon tunggu...
Hardi Ahmad
Hardi Ahmad Mohon Tunggu... -

Praktisi Human Resources (HR). Mengabdikan diri di salah satu perusahaan tambang. Walau begitu, sangat menyukai puisi, novel dan esai kehidupan. Mengagumi keistiqomahan dan kerendah-hatian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis: Hiduplah Lalu "Pulanglah"

23 April 2017   09:01 Diperbarui: 24 April 2017   01:00 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini aku ingin menulis hal-hal yang ringan tapi juga tidak menghilangkan esensi tentang manfaat sebuah tulisan.  Karena menulis sendiri sebetulnya adalah mengisi dan memasukkan aneka warna dalam gelombang otak kita.  Menulislah maka Anda akan mendapatkan hal yang tidak didapatkan orang-orang yang tidak menulis.  Menulis itu menyehatkan dan menggembirakan.

Mangga kita renungkan dan terapkan.

Aku baru saja menelaah tulisan Kyai Sahal (terkenal dengan nama Sahal Japara) tentang Tips Bagaimana Menjalani Hidup untuk Sukses di Dunia dan di Alam Baka.  Sahal adalah penggiat literasi pesantren yang saat ini sedang menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Malang.  Aku mengikuti setiap tulisannya, membaca setiap status FB-nya karena memang menggiurkan untuk ditelaah.  Seorang anak muda yang begitu concern dengan literasi.  Terutama di lingkup pesantren.

Contoh tulisannya yang aku petik adalah berupa filosofi pendek.  Meskipun pendek, bagiku ini sangat mengagumkan sekaligus mengharubirukan aku. Ditulis dalam Bahasa Jawa (nanti aku terjemahkan) yang aku yakin itu adalah sampainya pencarian makna urip (Jawa : hidup).

LAMUN URIP IKU URUP, MANGKA PATI MESTHI BATHI.  

LAMUN RINA DADI SURUP, MANGKA ATI KUDU BALI.

“Ketika hidup berguna bagi semesta (urup = semesta), maka ketika wafat (kita) akan jadi (orang) beruntung; 

Ketika siang (rina= siang) jadi menjelang malam (surup= malam), maka (fokus) hati harus siap-siap kembali”.

Inilah konsep rahmat bagi semesta, yang ada di dalam ajaran agama samawi.  Hidup berguna bagi sesama dan selalu ingat tempat kembali kita.  Jika konsep ini diterapkan dalam setiap gerak dan langkah kehidupan kita pribadi, maka tak mustahil kita akan menjadi orang yang sangat dicintai oleh sesame.  Manusia itu harus berdaya guna bagi sesama dan bagi alam sekitar.

Akan tetapi, kita ini banyak merasa bahwa kita adalah penduduk permanen dunia, bahkan ketika sudah udzur (surup).  Contoh kasus adalah, di negara kita sendiri; alangkah banyak kasus yang sangat memalukan yang terjadi.  Mulai dari kasus penjarahan, penghinaan, penggarukan uang bukan haknya, pemaksaan kehendak, pemerkosaan hak-hak, penyalahgunaan wewenang & kekuasaan, serta masih banyak lagi.  

Memalukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun