Duduk perkara pecahnya Tim Sukses (timses) Jokowi-Ahok mulai memunculkan titik terang. Hasil ‘reportase Timeline’ yang saya lakukan memberikan indikasi bahwa desas-desus perseteruan di dalam tubuh timses Jokowi-Ahok memang bukan tidak berdasar.
Pernyataan pertama tentang perpecahan itu saya dapatkan langsung dari Timeline Hasan Nasbi a.k.a Hasan Batupahat dengan nama akun @datuakrajoangek, salah seorang pucuk pimpinan yang berseteru dalam timses Jokowi-Ahok (untuk lebih jelasnya, silakan baca ‘reportase Timeline’ saya sebelumnya soal pecahnya timses Jokowi-Ahok).
Hasan Nasbi, dalam twitnya tadi malam, secara eksplisit menyebutkan bahwa memang tim sedang mengalami perpecahan, seakan mengkonfirmasi pembicaraan hangat di Twitterland soal pecahnya timses yang mengusung Jokowi-Ahok di kancah pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
“Tim lagi pecah nih.. Harus disatukan sama kopi,” begitu yang tertera di laman Timeline Hasan Nasbi.
[caption id="attachment_180248" align="alignright" width="462" caption="Timses Jokowi-Ahok Pecah (Sumber: Dok. Capture Timeline Twitter Penulis)"][/caption]
Sebelumnya, dikabarkan bahwa timses Jokowi-Ahok pecah di lingkaran pucuk-pucuk pimpinan yang menyebabkan friksi lebih besar di tubuh timses pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Pembangunan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tersebut. Perpecahan timses Jokowi-Ahok dipicu oleh tiga hal:
1 : Adanya perseteruan perebutan kendali di tim inti, antara Hasan Nasbi, Iwan Piliang dan Eep Saefullah Fatah
2 : Jokowi terlalu mendahulukan orang-orang bertitel atau yang punya gelar akademis
3 : Jokowi terlalu mendahulukan golongan tua
Menurut akun @Bemz_Q dalam diskusi dengan akun @ratu_adil, Hasan Nasbi sebenarnya termasuk tim pionir yang 'mengawal' Jokowi sejak sebelum resmi menjadi cawagub usungan PDIP. Di awal kemunculannya, Jokowi diendorse oleh Tim Cirus-Hasan Nasbi dengan survey opinion leadership, di akhir-akhir setelah Jokowi mendapat dukungan partai, baru yang lain ikut merapat. Awalnya pihak DPP PDIP kurang memberi respon terhadap hasil survey Hasan dan Cirus, sebelum keduanya berusaha keras sampai mengusahakan untuk bertemu langsung dengan Megawati Soekarno Putri yang akhirnya berhasil diyakinkan.
Pada fit and proper test PDIP, Jokowi hanya diwawancara selama 5 menit, Jokowi kurang dianggap oleh PDIP karena dinilai kurang mampu dan tidak punya uang. Hasil survey Hasan-Cirus terdahulu, Jokowi dianggap cocok dipasangkan dengan aktor Deddy Mizwar, dan ini didukung oleh PAC-PAC PDIP.
Bahkan, pada saat Hasan-Cirus melansir hasil opinion leader, kelompok Taufik Kiemas malah menggalang paket Fauzi Bowo-Adang Ruchiatna, tetapi paket ini ditolak oleh Megawati. Cahyo Kumolo dan Puan Maharani juga tadinya termasuk yang kurang mendukung Jokowi, tetapi berkat pendekatan Hasan, Jokowi mendapat restu dari Megawati hingga Cahyo dan Puan mau tidak mau harus tunduk pada keputusan untuk mengusung Jokowi sebagai calon Gubernur DKI dari PDIP.
Lebih jauh, menurut @Bemz_Q konsep-konsep orisinal untuk meningkatkan awareness publik terhadap Jokowi juga berasal dari Hasan Nasbi. Misalnya, konsep mobil keliling Jokowi, itu merupakan ide Hasan.
Jadi bisa dikatakan, Hasan Nasbi adalah orang pertama yang membawa Jokowi ke PDIP, tutup akun @Bemz_Q.
[caption id="attachment_180257" align="aligncenter" width="590" caption="Timses Jokowi-Ahok Pecah (Sumber: Dok. Capture Timeline Twitter Penulis)"]
Saat ini, Eep lah yang mengklaim diri sebagai konsultan Jokowi. Dalam twitnya bertanggal 25 Mei, menyoal surat keberatan Najwa Shihab dalam kasus pencatutan testimoni, Eep menegaskan kedudukannya tersebut.
“Saya memang konsultan Mas Jokowi. Surat keberatan Najwa Shihab sudah kami terima,” begitu pernyataan Eep melalui akun @EepSFatah. [caption id="attachment_180249" align="aligncenter" width="362" caption="Timses Jokowi-Ahok Pecah (Sumber: Dok. Capture Timeline Twitter Penulis)"]
Jadi cukup jelas bahwa Eep Saefulloh Fatah saat ini berhasil ‘menyalip’ posisi Hasan Nasbi sebagai konsultan Jokowi. Namun, Hasan sendiri memiliki pengaruh yang cukup kuat di dalam tim sukses Jokowi-Ahok, terutama dari kaum muda yang bersama-sama mengusung Jokowi sejak awal. Maka, gesekan-gesekan pun tidak dapat dihindari antara kedua konsultan ini, yang memicu gesekan lebih besar di pendukung-pendukung masing-masing.
Adapun Iwan Piliang, sebagai seorang konsultan senior rupanya mencium bibit perpecahan ini. Jika dikaitkan dengan informasi di artikel sebelumnya, akun @ratu_adil menyatakan bahwa dirinya sempat menggali informasi dari salah seorang ‘teman’ di PDIP untuk mengetahui apa betul ada pertarungan Hasan, Iwan Piliang dan Eep di internal timses Jokowi-Ahok.
Menurut @ratu_adil, 'orang dalam’ PDIP tersebut menyebutkan bahwa Iwan Piliang adalah sumber perpecahan dalam tubuh timses Jokowi-Ahok.
“Pasti ini gara-gara Iwan Piliang. Saya yakin masalah pertama gara-gara gaya sok-sokannya si Iwan Piliang,” pungkas ‘orang dalam’ PDIP tersebut sebagaimana disampaikan @ratu_adil.
Dari sini, bisa diperkirakan bahwa bibit-bibit konflik yang memang terlanjur ada di dalam tubuh timses Jokowi-Ahok telah berhasil dipelihara oleh Iwan Piliang dan tumbuh semakin besar. Mungkin dengan adanya perpecahan ini, Iwan Piliang berharap bisa masuk dan mengambil alih kendali timses Jokowi-Ahok.
Dalam komentarnya di artikel saya sebelum ini, Iwan Piliang mengaku saat ini tidak memiliki posisi di dalam timses Jokowi-Ahok.
[caption id="attachment_180251" align="aligncenter" width="666" caption="Timses Jokowi-Ahok Pecah (Sumber: Capture Komentar di artikel Kompasiana Penulis, 1 Juni 2012)"]
Untuk menjaga netralitas ‘reportase Timeline’ ini, saya akan berusaha memasukkan pernyataan dari semua pihak. Beberapa pihak telah mengeluarkan pernyataannya, namun drama perpecahan dalam tubuh timses Jokowi-Ahok nampaknya masih akan berlanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H