(memasak di kebun)
Jauh dari pelosok Pusat Kota Jakarta juga ada sedikit cerita dan pengalaman hidup yang bisa dijadikan motivasi, contoh dan tauladan. Tepatnya di Kabupaten Sijunjung, Daerah yang cukup kaya dengan keindahan alam dan hasil tambangnya. Nilai-nilai budaya masih kental dan bertahan sampai zaman serba modern ini.
Jokowi, pemimpin yang diagung-agungkan dan dipuji atas keberanian dan blusukannya. Ia tidak merasa jijik ketika terjun kelapangan kumuh. Dia dipuji-puji karena berani terbuka di depan public. Super hero yang hadir disaat yang tepat.
Lain hal yang terjadi di Sijunjung. Muchlis Anwar yang berlatar belakang dari keluarga miskin, berhasil menjadi nomor 2 di Kabupaten Sijunjung. Karena lika-liku kehidupannya yang dulu penuh dengan penderitaan dan kini menjadi orang yang diamanahkan untuk memegang tampuk pemerintahan, membuat hatinya teriris tatkala melihat kondisi masyarakat yang juga hidup seperti kondisinya dahulu. Pekerjaan Rumah yang harus ia selesaikan dalam 5 tahun pemerintahannya dengan Bupati Yuswir Arifin.
Mungkin sebagian orang menganggap apa yang dituliskan ini sebagai langkah politik. Tapi bagi penulis yang tidak berlatar belakang politik dan juga tidak sedang berada dibarisan politik Beliau. Tapi karena kebaikan beliau dirasakan oleh seluruh masyarakat Sijunjung, termasuk penulis sendiri. Penulis berasal dari masyarakat biasa yang sehari-hari juga petani.
Sebuah barang langka yang tidak pernah kita lihat selama ini dilakukan oleh pejabat-pejabat elit di pemerintahan, tapi biasa dilakukan oleh Mundik(nama kampung Muchlis Anwar). Biasanya pejabat sering membantu masyarakat dengan dana, memberikan mereka sedikit perhatian, dan lainnya. Tapi Mundik sering merasakan langsung penderitaan masyarakat dengan melakukan pekerjaan yang sama dengan mereka. Bahkan ada dari masyarakat yang tidak menayadari, kalau beliau adalah Wakil Bupati. Jabataa beliau menjadi Kepala BAPPEDA Kabupaten Sijunjung selama 8 tahun, membuat beliau sedikit tau tentang kondisi masyarakat Sijunjung pada umumnya. Disisi lain, beliau juga lulusan Pasca Sarjana Manajemen UI.
Mundik biasa terjun kelapangan tidak dikawal dan tidak memakai kendaraan dinas. Beliau sering mengendarai motor sendiri dengan memakai pakaian kaos biasa dan celana biasa, layaknya masyarakat petani pada umumnya. Untuk menunjang ekonomi keluarganya, Mundik berkebun dan berdagang.
“Kalau menjadi Wakil Bupati harus menjadi orang kaya?.tidak. Satu hal yang ingin saya sampaikan. Kaya bukan tergantung seberapa banyak uang. tapi seberapa besar rasa syukur kita terhadap apa yang kita miliki. Ketika dulu saya beraktifitas sebagai Dosen di Salah satu Perguruan Tinggi Favorit di Sumbar, penghasilan saya lebih besar daripada menjadi Wakil Bupati. Tapi karena kecintaan saya ke kampung kelahiran, saya mencalonkan diri menjadi Wakil Bupati. Alhamdullah Saya dan Bapak Yuswir Arifin terpilih”kata Mundik ketika bertemu di gubuk sawah masyarakat.
Setiap bulan, beliau selalu menyisihkan sebagian dari gajinya untuk masyarakat. Hari minggu adalah hari yang selalu beliau tunggu-tunggu. Di hari tersebut, beliau banyak waktu untuk terjun kelapangan melihat kondisi masyarakat secara langsung dengan mengendarai Motor Trail miliknya. Karena hobi beliau sangat unik. Yaitu berburu babi dan mengendarai Motor Trail. Karena keahlian beliau mengendarai Motor Trail, beliau diamanahkan menjadi Ketua ITA(Ikatan Trail Adventure) Sumatera Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H