Membicarakan ragam watak politisi Indonesia, banyak ragam dan wujudnya. Ada yang sangat ambisius dengan kemtara, ada juga yang memiliki hasrat besar dengan dibalut wajah tak berdosa. Namun tak sedikit pula yang berjalan seperti air, mengikuti irama dan momentum seperti air yang mengalir.
Hatta Rajasa, merupakan sosok politisi yang termasuk dalam bagian ketigaa. Ia mengikuti ritme politik seperti air yang mengalir. Ia tidak ambisius.
Namun tahukah kita, di mata AM Fatwa, justru karena tidak ambisius dan mengalir seperti air itu, Hatta mendapatkan capaian yang luar biasa. Pernah ditawari posisi wakil presiden oleh SBY tahun 2009, namun ia tahu diri. Hatta tak terlalu berambisi kala itu. Ia lebih memilih menjadi memimpin Timses SBY-Boediono. Berkat kerja kerasnya, pasangan SBY-Budiono berhasil melanjutkan kepemimpinan lima tahun sebelumnya.
Secara karir politik, Hatta memang sosok yang tidak melesat cepat layaknya politisi lain. Ia menaiki tangga dari bawah. Di PAN, misalnya, ia memulai karir dari anggota biasa. Kemudian ia dipromosikan menjadi ketua departemen hingga akhirnya menjadi Sekretaris Jenderal PAN.
Sejak tahun 2000, Sekjen PAN sudah ia pegang. Namun baru sebelas tahun kemudian ia maju menjadi ketua umum. Ia tidak ambisius untuk sesegra mungkin menjadi yang tertinggi di PAN. Ia butuh menunggu selama 11 tahun, ketika kesempatan itu hadir dihadapannya!
Itulah Hatta Rajasa, yang memiliki filosofi mengalir seperti air. Kini orang banyak mendorongnya sebagai Capres 2014, namun Hatta tenang-tenang saja. Ia tak terlalu ambisius, namun justru karena itu Hatta banyak mendapat hasil nyata.
Hatta memang pekerja keras dan tahu diri. Ia juga supel dan bisa menempatkan posisi.
Dari titik ini, kita jadi memahami kenapa Hatta selalu ditunjuk sebagai salah satu pejabat penting oleh siapapun presiden yang terpilih. Pada masa kepemimpinan Megawati, Hatta ditunjuk sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi.
Lebih dahsyat, Hatta malah ditunjuk sebagai menteri di dua periode kepemimpinan Presiden SBY. Dalam KIB Jilid I, Hatta didaulat sebagai menteri Perhubungan dan Menteri Sekretaris Kabinet. Sementara dalam KIB Jilid II, Hatta malah diamanti posisi lebih tinggi lagi, yakni Menteri coordinator Bidang Perekonomian.
Dan saat menjabat Menko Perekonomian, tak heran jika ia mampu membawa ekonomi Indonesia maju pesat. Dengan kemampuan dan keluwesannya dalam berkomunikasi, Hatta mampu menjawab kehawatiran banyak pihak. Sebagaimana diketahui, Hatta bukanlah ekonom yang lulus dari fakultas ekonomi universitas terkenal. Hatta adalah insinyur teknik dari Institut Teknologi Bandung.
Meski demikian, dibawah kemampuan komunikasinya, Hatta mampu mensinergikan berbagai stakeholder ekonomi untuk mengharmonisasikan langkah pembangunan. Hasilnya bisa dilihat, selama empat tahun terkahir, perekonomian Indonesia tak pernah turun dibawah 6 persen. Mengesankan!