Banyak orang bilang, keberlangsungan hidup suatu bangsa dipengaruhi oleh faktor ekonomi sebagai faktor penentu. Namun pada perjalanannya, faktor politiklah yang menjadi penentu hidup dan hancurnya sebuah perjalanan sebuah bangsa. Bahasa “POLITISASI” tentu mampu dan sanggup masuk ke semua sektor karena sebuah bangsa diatur secara politis oleh orang-orang politik baik melalui partai politik maupun organisasi-organisasi lainnya.
Akibat Politisasi, hari ini masa lalupun kembali dipolitisasi setelah para politikus-politikus masa lalu sudah banyak yang didakwa dan diduga serta dicap sebagai pelaku. Mereka ini muncul kembali dengan rasa percaya tinggi, melempar tangan dan menyalahkan orang yang sudah dijadikan secara paksa sebagai pelaku masa lalu oleh mereka sendiri.
Jaman memang berubah, setiap jaman tentu beda pelaku dan penentunya. Era kebangkitan yang disangkakan, yang mereka klaim sebagai bagian dari sebuah skenario jaman sekarang merupakan sebuah wujud ketakutan akan keberadaan mereka. Inilah realita, masyarakat sudah cerdas terlepas bagaimana dulu peristiwa itu terjadi, terlepas banyak sumber dan referensi yang lahir pasca peristiwa, terlepas pada lalu pernah menjustifikasi keberadaan mereka secara sepihak. Namun hari ini masyarakat sudah bisa membaca jaman dan melihat masa lalu dengan berbagai pertimbangan dan sumber.
Orang-orang panik, mereka yang hanya menyalahkan dan menghindari yang namanya persatuan. Atas nama simbol negara, mereka seakan garda terdepan dalam menjaga falsapah bangsa nya. Mereka tidak tahu, bahwa mereka sedang “melempar batu sembunyi tangan”. Atas nama masyarakat Indonesia, mereka seringkali berucap kasar, walau mereka sebagian sudah purna namun sikap fasis mereka lahir akibat tidak tahan melihat posisi jaman yang lari darinya.
Siapakah mereka, mereka inilah produk jaman serba instan ditatar dengan pedoman penghayatan dan pengamalan yang tidak punya dasar kuat, sehingga mereka hanya mampu menikmati hidup yang penuh dusta dalam waktu singkat. Mereka hanya bisa melihat, jaman emas hanya satu generasi mereka, mereka lupa hari esok itu adalah hari bebas dimasuki, karena tidak satupun tahu apa yang akan terjadi. Mereka adalah orang-orang panik, mereka adalah pelaku yang melempar batu sembunyi tangan. @sp
Bersambung ke (“orang kalah dipuji”)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H