Mohon tunggu...
Anti hoax
Anti hoax Mohon Tunggu... Insinyur - Insinyur

Memberi wacana alternatif dan mencerdaskan bangsa!

Selanjutnya

Tutup

Money

Tenang Kita Sudah Resesi, Tidak Perlu Ribut

31 Agustus 2020   16:06 Diperbarui: 31 Agustus 2020   16:09 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sadar atau tidak, kita sudah alami resesi. Kita sekarang lagi resesi. Apa dampak ataun kibat resesi bagi kita?mayoritas akan jawab, biasa aja.

Resesi itu sudah terjadi geng, kata saya pada seorang teman minggu lalu
Serius? Iya lah.. Lha wong secara ekonomi kita sudah minus sejak tahun lalu. Menurut National Bureau of Economic Research, suatu wilayah atau negara itu bisa dikatakan resesi jika GDP atau pendapatan brutonya minus selama beberapa bulan berturut-turut. Memang secara konsensus internasional, suatu negara bisa disebut resesi jika GPD alias pendapatan kotor suatu negara minus dua kuartal berturut-turut jika dihitung year on year. Kalau lihat definisi ini, memang bener Indonesia belum resesi. Kan kuartal pertama year on year tahun 2020 kemarin positif 2.97%. Kalau kuartal kedua year on year -5.32% ya tidak bisa disebut resesi. Makanya pemerintah tidak umumkan resesi. Kalau diumumkan menyalahi konsensus dong.
 Tapi kenyataanya memang resesi sudah terjadi.
 Paling tidak menurut National Bureau of Economic Research tadi geng.
Wah gawat dong!.
Wah gawat dong!
Gawat gimana? Nah inilah yang jadi pembahasan kita selanjutnya. Gawat nggak sih resesi itu?

Jadi saya bilang sebelumnya, secara teknis sebetulnya kita sudah resesi sejak kuartal keempat tahun lalu atau anggaplah sejak bulan Desember 2019. Kenapa? Kan sudah minus tuh berurutan tiap kuartal. -1.74%, -2.41% lalu terakhir -4.19%. Kita sudah reses alias rehat sudah selama 8 bulan. Kita sudah reses alias rehat sudah selama 8 bulan. Persis sejak Covid
mulai menyebar kemaana-mana. Pertanyaannya, jadi selama ini kalau kita sudah resesi ada nggak yang sampe kejang-kejang atau muntah darah kah? Atau kalian sampai kelaparan kah? Saya yakin mayoritas akan menjawab biasa saja. Cuma memang ada penyesuaian dalam konsumsi dan gaya hidup. Wajar kalau lesu dizaman pandemi. Tapi tenang saja, khan vaksin sudah datang. Sudah juga disuntikkan ke rekan-rekan kita. Andaikata bisa, saya mau jadi yang disuntik. Sayang terbatas dikalangan tertentu saja. Sabar

Jadi Kelaparan ga ada,  yang ada justru para provokator tadi malah kumpul-kumpul bikin cluster Covid baru untuk deklarasi apa itu? Yang isinya orang-orang tua itu? Lalu ada intelijen bodong teriak teriak resesi sambil ambil kesempatan jual produk baru?

Bocoran nih, Ibu Sri Mulyani memproyesikan ekonomi kita akan minus lagi di quarter ketiga 2020. Sekitar 0 - 2%. Sulit untuk mencapai 0%, tapi kemungkinan ada di angka 1.5%. Menurut saya sih ini sudah luar biasa dibanding negara lain yang minusnya gila-gilaan. Ini menunjukkan fundamental negara kita sangat bagus. Kita harus selau optimis dan yakin bahwa Indonesia itu kuat! Gak usah lebay dan terus maju!

Selengkapnya https://youtu.be/u3I0CQ8UOD4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun