MENELUSURI SILSILAH KERAJAAN BRUNEI DARUSSALAM MELALUI MANUSKRIP KUNO
Â
Oleh: Harandra Anugrah Yusuf dan Iin Suryaningsih
Bagi warga Nusantara sepertinya sudah tidak asing lagi dengan negara Brunei Darussalam. Negara ini merupakan salah satu negara yang berbatasan dengan negara kita Indonesia tepatnya di pulau Kalimantan bagian utara. Negara Brunei Darussalam merupakan negara tertua diantara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Negara Brunei berasal dari perkataan baru nah yang artinya rombongan klan atau suku Sakai yang dipimpin oleh Pateh Berbai. Ia pergi ke Sungai Brunei untuk mencari tempat mendirikan negeri baru. Setelah sampai dikawasan tersebut ternyata kawasan Sungai Brunei merupakan tempat yang strategis yangmana kaya akan sumber pangan serta jalur yang mudah dilalui transportasi pada saat itu. Maka setelah menemukan tempat itu mereka mengucapkan Baru Nah yang memiliki arti tempat itu sangat baik dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Lalu lama kelamaan kalimat Baru Nah itu berubah menjadi Brunei.
Pada tahun 1930 seorang pengelana Minangkabau yang mempunya julukan Raja Bagindo mendirikan kesultanan Sulu. Didalam buku Tarsilah Brunei (The Early History of Brunei Up To 1432 AD) karya Muhammad Jamil Al-Jufri beliau menyebutkan bahwa dari silsilah raja-raja Brunei Darussalam dapat diketahui bahwasanya pendiri kerajaan ini ialah Awang Alak Betatar yang bergelar Sultan Muhammad Syah. Sultan Muhammad Syah kemudian menikah dengan seorang Putri Johor yaitu Putri Dayang Pinggai ia mewarisi Naubat Nakara Ganta juga berasal dari tanah Minangkabau.
Adapun keturunan-keturunan beliau tercatat dalam sebuah manuskrip kuno karya H. Abdul Ghofur bin H. Abdul Mu'min dari Serawak. Didalamnya terdapat 52 halaman dengan ukuran 21 X 16,5 cm.
Didalam manuskrip ini tak hanya terdapat silsilah raja-raja nya saja, selain itu juga terdapat sejarah berdirinya kerajaan Brunei Darussalam. Berikut merupakan potongan isi manuskrip:
Bahwasanya inilah silsilah raja2... didalam negri brunei Darussalam yang di...
Oleh Datuk Imam Aminuddin ibn Orangkaya.... Ia mendengar daripada
.... Sultan Muhyiddin dan daripada .... Sultan Kamaluddin