Mohon tunggu...
Haranapan Nasution
Haranapan Nasution Mohon Tunggu... -

Senang atau susah hidupmu tergantung bagaimana anda mengatasinya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koridor Sumatera dan Pantai Barat Sumatera Utara

5 Mei 2013   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:04 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah belasan tahun tidak pernah ke ke Mandailing Natal via medan terasa jenuh dan badan terasa amat sangat lelah, bagaimana tidak, jarak tempuh selama 10 - 12 jam dengan kondisi jalan mulus hanya sampai siborongborong selepas itu seperti naik gerobak di jalan bebatuan.

Jarak Medan- Panyabungan (jalan lintas sumatera jalur tengah) sekitar 500 km atau kecepatan rata2 40 km/jam. Jalan lintas ini sepertinya sudah tidak menarik lagi karena adanya lintas timur via pekanbaru. Mengapa bisa tidak menarik bagi sektor perekonomian?, hal ini disebabkan pusat2 pertumbuhan sektor industri ada di pantai timur sumatera.

Kerusakan jalan setelah memasuki Tapanuli Utara - Tapanuli Selatan sangat terasa mengaduk-aduk perut. Memasuki aek latong yang terkenal itu (patahan sumatera) meskipun sekarang sudah dialihkan ke jalan baru rupanya tidah terlalu banyak mengurangi jarak tempuh karena setelah jalan baru aek latong (2 km) kembali lagi hancur seperti jalan pedati jaman dahulu.

Koridor Sumatera sangat menjanjikan andai pemerintah daerah di wilayah pantai barat mampu melobi pemerintah pusat agar dikembangkan jalur kereta api setidak2nya terdapat moda transfortasi yang nyaman, membayangkan seandainya koridor Sumatera benar-benar terwujud dengan moda transportasi kereta api cepat seperti London - Paris atau transportasi udara yg hanya ditempuh sekitar 2/3 jam ke wilayah2 disekitarnya utamanya pantai barat sumatera yang sejauh ini tertinggal dari sisi perekonomian (pertumbuhan ekonomi dan PDRB).

Wilayah pantai barat sumatera pada umumnya berada pada kwadran II dan III berdasarkan perbandingan PDRB dengan pertumbuhan ekonomi (Typologi Klassen) dimana umumnya PDRB berada dibawah PDRB Propinsi Sumatera Utara, bahkan Kabupaten Tapanuli Selatan tidak beranjak dari Kwadran III (daerah sulit berkembang) dalam 15 tahun terakhir.

Mengapa Pantai Barat Sumatera Sulit Berkembang?. Beberapa alasannnya adalah: a). Masih sedikit sektor basis (komoditi ekspor) yg dikembangkan diwilayah ini, hanya sawit dan sedikit karet. b). Tidak mempunyai komoditas unggulan dan tidak mampu mengembangkan keunggulan komparatif wilayahnya. c). Tidak mampu menarik SDM yang berkualitas, terjadi "Brain Drain" ke wilayah lain, d). Pengelolaan pembangunan yg berasal dari APBN tidak dimanfaatkan secara optimal.

Maju terus pantai barat Sumatera mungkin suatu saat akan jadi Propinsi Sumatera Tenggara, Propinsi Tapanuli atau apapun itu namanya yg terpenting adalah peningkatan kesejahteraan rakyatlah yang paling utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun