Mohon tunggu...
Hamid Ramli
Hamid Ramli Mohon Tunggu... lainnya -

Aktivis Lingkungan ingin berkiprah di bidang politik lokal agar kelestarian lingkungan tetap terjaga

Selanjutnya

Tutup

Money

Penembakan di Areal PT. Freeport Marak Lagi, Ada yang Stel Ka?

12 Desember 2013   13:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:01 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13868282011185522131

Selama tiga hari berturut-berturut telah terjadi penembakan di Areal PT. Freeport, Timika, Papua. Diawali pada Minggu 8 Desember 2013 di mile 40-41. Sasaran tembakan adalah kendaraan perusahaan yang sedang melintas di areal tersebut. Kemudian berlanjut keesokan harinya di lokasi yang sama, yaitu lokasi yang menghubungkan antara Timika dan Tembagapura. Penembakan terjadi lagi pada Selasa 10 Desember sekitar pukul 12.40 WIT. Tidak ada korban jiwa dalam ketiga insiden penembakan itu.

Pada kejadian terakhir (10/12/2013) menurut keterangan Juru Bicara Polda Papua, AKBP Pujo Sulistyo terjadi penembakan terhadap iring-iringan kendaraan perusahaan PT. Freeport yang dikawal Bripka Supriyadi hendak menjemput anggota yang melakukan handak. Susunan iringan kendaraan: 1 mobil pengawal, 7 trailer, 1 mobil mekanik dan 1 mobil pengawal. Ketika melintas pos mile 40 diberondong tembakan.

“Ada dua orang tak dikenal keluar dari semak-semak, lalu menembaki iring-iringan kendaraan di bagian depan yang melakukan pengawalan. Kendaraan paling depan yang jadi sasaran penembakan mundur, lalu anggota Polisi yang mengawal iring-iringan kemudian membalas tembakan ke arah orang tak dikenal itu,”ucapnya.

Kelompok Kali Kopi

Awal November tahun lalu, Kapolda Papua Irjen Pol. Tito Karnavian pernah mengatakan, pihaknya telah mengindetifikasi dan mengetahui keberadaan kelompok yang sering melakukan penembakan di areal PT. Freeport. Jumlahnya sekitar 70 orang. “...Kami tahu, karena kami punya jaringannya.” Ungkap Tito. http://www.tempo.co/read/news/2012/11/08/058440451/Pelaku-Teror-Penembakan-di-Freeport-Ada-70-Orang

Karena itu kali ini Tito berani menuding Kelompok Kali Kopi sebagai dalang di balik serangkaian penembakan selama tiga hari ini. Menurutnya mantan Komandan Densus Antiteror 88 Mabes Polri ini, kelompok Kali Kopi adalah pelaku lama yang pernah beraksi dalam serangkaian penembakan di area tambang PT Freeporttahun 2009. Saat itu, korban jiwa yang jatuh mencapai belasan orang.http://regional.kompas.com/read/2013/12/12/0620050/Kapolda.Papua.Kelompok.Kali.Kopi.Pelaku.Rentetan.Penembakan.di.Freeport

Kompas.com menyebutkan, Kelompok Kali Kopi yang dimaksud Tito adalah bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam struktur TPN/OPM, kelompok ini merupakan Komando Militer III Timika yang berpusat berpusat di Kali Kopi dekat Kampung Nayaro, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika. Alm. Kelly Kwalik adalah pimpinan kelompok ini yang pernah menyandera sejumlah peneliti Taman Lorenz di Kampung Mpanduma. Sekarang, kelompok ini dipimpin oleh Tenny Kwalik.

"...Ini Ada yang Stel ka?"

Insiden demi insiden penembakan di areal PT. Freeport kalau dihitung selama tiga tahun terakhir sudah puluhan kali terjadi. Padahal pengamanan di wilayah ini luar biasa ketatnya. Maka wajar kalau banyak yang bertanya-tanya, ada apa ini?

Data tempo.co (8 November 2012) membeberkan, Anggota Polri dari Brimob yang mengamankan areal Freeport sebagai obyek vital nasional ini berjumlah 700 personel dan dari TNI 100 personil lebih. Dengan jumlah personil sebanyak itu, Direktur Eksekutif Imparsial, Poengki Indarti sebagaimana dirilis media lokal bintangpapua.com hari ini melontarkan sejumlah keheranan.

“Mengapa Freeport yang selama ini selalu dijaga aparat keamanan bersenjata dengan sangat ketat, masih saja kecolongan dengan aksi para pelaku? Mengapa selama ini aparat keamanan gagal menangkap para pelaku? Apakah para pelaku sedemikian lihai mengecoh aparat? Atau justru ada sebab-sebab lain.” http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/11338-imparsial--penembakan-di-freeport-banyak-kepentingan-%E2%80%9Cmain%E2%80%9D

Terkait hal itu, menarik juga untuk menghubungankannya dengan kecurigaan Ruben Magai, Ketua Komisi A DPR Papua. Dengan dialek khas Papua Ruben berujar, “...(situasi Papua) ini ada yang stel ka?” http://bintangpapua.com/headline/26948-polisi-harus-proaktif-melihat-potensi-konflik

Apakah peristiwa berikut ini mungkin ada kaitannya dengan insiden penembakan di atas.

Rabu, 11 Desember 2013 press release dari Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) minta dilibatkan dalam rencana diputuskannya kesepakatan Kontrak Karya Ketiga (K3) PT Freeport Indonesia. Sebab, selama ini Freeport dinilai telah menghancurkan kehidupan sosial ekonomi dan masa depan masyarakat pribumi. Artinya, proyek penambangan ini jelas-jelas belum melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (sustainable development) serta dalam proses KK 1 dan KK 2 diakui banyak kelemahan dan tidak menguntungkan masyarakat pemilik hak ulayat Amungme – Kamoro serta suku – suku Papua yang berada di sekitar areal pertambangan PT. Freeport.

Press releasi itu ditandatangani Perwakilan Lemasa antara lain Odizeus Beanal, yang saat ini sedang  menyelesaikan pendidikan Bachelor of Science in Political Science pada Sacred Heart University, CT. USA. Odizeus mengakui, masyarakat adat Amungme dan Kamoro merasa sangat dirugikan dan dikucilkan berdasarkan tinjauan terhadap Kontrak Karya I dan II. http://tabloidjubi.com/2013/12/11/kontrak-karya-freeport-tak-memihak-pemilik-ulayat-lemasa-minta-dilibatkan-untuk-k3/

Peristiwa lainnya, Kamis (5/12/2013) Menteri ESDM Jero Wacik bersama Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo serta Dirjen Mineral dan Batubara Thamrin Sihite menyampaikan pemaparan pada Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, di Senayan, Jakarta. Rapat tersebut membahas Pelaksanaan UU 4/2009 tentang Pertambangan dan Batubara.Belum ada publikasi lebih jauh terkait tindak lanjut dari hasil pembahasan itu. http://www.rmol.co/read/2013/12/05/135524/1/Rapat-Bahas-Pelaksanaan-UU-Pertambangan-

Ataukah ada kaitannya dengan putusan MK November 2012 yangmembatalkan tujuh belas pasal dalam UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi? Perintah untuk merevisi UU Migas itu hingga kini belum juga rampung. Namun sempat tercium isu tak sedap bahwa USAID pernah menggelontorkan dana sebesar USD 4 juta saat DPR membahas RUU Migas pada tahun 2001. Dan dalam pembahasan revisi UU No.21/2001 kali ini dikabarkan ada dana sebesar USD 10 juta dari pihak tertentu untuk tetap melanggengkan sistem Migas Indonesia. http://www.aktual.co/energi/180627komisi-vii-ngaku-tidak-tahu-ada-pendanaan-asing-di-revisi-uu-migas

Dalam revisi itu, Satuan Kerja Khusus Unit Pelaksana Usaha Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) akan dijadikan lembaga permanen menjadi badan usaha. Jika itu terjadi maka lembaga ini akan diberi kewenangan (kuasa) pengelolaan pertambangan yang bisa head to head untuk berkontrak dengan mitra.

Bisa saja peristiwa-peristiwa itu saling terkait, namun untuk menarik benang merahnya ke persoalan penembakan tersebut, perlu investigasi lebih dalam dari insan pers. Jangan sampai media asing yang mengungkapnya lebih dahulu, karena hal itu tak akan lepas dari kepentingan ekonomi negaranya. Karena Papua itu seksi di mata media asing lantaran kekayaan alam yang dimilikinya. Lebih baik media nasional yang pertama mengangkatnya untuk kepentingan perbaikan kebijakan negara bagi kesejahteraan anak bangsa sendiri. [***]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun