[caption caption="Foto Antara"][/caption]ACEH akan menjadi salah satu dari tujuh provinsi yang akan menyelenggarakan Pilkada serentak tahap II. Pemungutan suara sesuai keputusan KPU Pusat, diagendakan pada 15 Februari 2017.
Beberapa survei yang sudah dilakukan (walau dicurigai tidak independen) mencatat Irwandi Yusuf yang pernah memimpin Aceh (2007-2012) bakal mengungguli lawan-lawan politiknya. Saingan terberat Irwandi adalah Muzakkir Manaf (Ketua Partai Aceh / PA) yang saat ini menjadi Wakil Gubernur Aceh mendampingi Zaini Abdullah.
Bakal calon yang sudah muncul saat ini selain Irwandi Yusuf, Muzakkir Manaf, Zaini Abdullah, dan Zakaria Saman, juga ada sederet nama lainnya, seperti Abdullah Puteh, Tarmizi Karim dan TM Nurlif.
Bagi mantan propagandis GAM sekelas Irwandi yang alumnus S-2 College of Veterinary Medicine State University (Amerika Serikat), kekalahannya empat tahun lalu bukanlah sebuah kesuksesan yang tertunda. Tetapi lantaran ia lalai “merawat” mesin-mesin politiknya. Konon, faktor utama kekalahan Irwandi dalam Pilkada 2012 karena ia ditinggalkan eks kombatan GAM.
Mereka sudah berpindah ke lain hati, yaitu Muzakkir Manaf yang mereka gadang-gadangkan sebagai sosok lebih aspiratif. Sosok yang akrab disapa Mualem ini sejak 2007 menjadi Ketua Partai Aceh -partai lokal yang dibentuk untuk mewujudkan kepentingan politik eks kombatan GAM. Diakui atau tidak, GAM dengan semua predikat yang dimilikinya adalah mesin politik yang memenangkan Irwandi di 2007 dan Mualem di 2012.
Kini kelompok eks GAM melalui PA sudah menetapkan calon tunggal, yaitu Muzakkir Manaf menjadi calon gubernur Aceh pada Pilkada Aceh 2017. Selaku Ketua PA, Mualem belum menentukan siapa yang bakal mendampinginya sebagai calon Wagub. Yang pasti, ia tidak akan melirik tokoh-tokoh senior PA seperti Zaini Abdullah (sekarang Gubernur Aceh) dan Zakaria Zaman yang sudah hengkang dari PA dan menyatakan akan maju dari jalur independen.
Dengan semua power politik yang dimilikinya, kursi Gubernur Aceh kini seakan telah tampak di pelupuk mata Mualem.
Namun, apakah Zaini Abdullah dan Zakaria Saman bahkan Irwandi Yusuf akan membiarkan Mualem melenggang bebas? Memang PA berada di bawah kekuasaan Mualem, tetapi GAM yang menjadi basis PA bukan hanya milik Mualem. Banyak tokoh yang dulu berjasa membesarkan GAM merasa disingkirkan.
Karenanya, bukan hal yang tidak mungkin apabila dalam sisa waktu hingga pencoblosan nanti banyak elit PA yang hijrah. Karena, kata Zaini Abdullah, PA sekarang sudah melenceng dari aturan yang sebelumnya pernah disepakati. (Sumber)
Dengan kondisi yang demikian, hampir bisa dipastikan massa PA di banyak basis akan berbagi dukungan. Masyarakat Aceh adalah pemilih cerdas. Mereka sangat paham, bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh dipilih untuk mensejahterakan rakyatnya.
Lantas, untuk apa bertahan dalam kesetiaan kalau perekonomian Aceh terus terpuruk? Ingat, hasil kajian IDeAS dari Data Sosial Ekonomi BPS yang dirilis awal Januari 2016 menunjukkan Aceh menempati urutan ke tujuh provinsi termiskin se-Indonesia. Di Provinsi Aceh terdapat 859 ribu penduduk miskin.