[caption id="attachment_222203" align="aligncenter" width="433" caption="Benny Wenda dan Melinda Janki bersama President Guyana. Foto: www.infopapua.org "][/caption]
Ada kekhawatiran di kalangan aktivis Papua di luar negeri, khususnya di London, Inggris. Belum lama ini, Pemerintah Inggris menugaskan Dubesnya di Indonesia untuk mengecek langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi sebenarnya yang terjadi di Papua.
Rupanya, selama ini Pemerintah Inggris terus menerus dibombardir dengan berbagai bentuk kampanye hitam tentang masalah Papua yang dilakukan oleh para aktivis Papua yang selama ini mendapatkan suaka politik di negeri itu. Mulai dari masalah pelanggaran HAM, isu diskriminasi terhadap penduduk asli hingga pemusnahan etnis (genosida).
Hasil pengecekan ke lapangan oleh Staf Khusus Bagian Politik Kedubes Inggris, Millie Mcdevit :
“ternyata informasi itu tak benar adanya, bahkan situasinya sangat berbeda jauh”, tegas Mcdevit sebagaimana dilansir media lokal Bintang Papua pada Jumat (14/12/2012).
Karenanya, pihak Kedubes Inggris di Indonesia akan menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada pemerintah Inggris, bahwa situasi di Papua aman dan kondusif. http://bintangpapua.com/headline/29676-kedubes-inggris-nilai-papua-aman-kondusif
Artinya, informasi dari para aktivis Papua itu jika “ditelan” bulat-bulat bisa saja membuat hubungan diplomatik Inggris dengan Indonesia retak. Contohnya, ketika kunjungan Presiden SBY ke Inggris tanggal 31 Oktober hingga 2 November 2012 untuk memenuhi undangan Ratu Elizabeth II dalam rangka merayakan 60 tahun tahta Elisabeth II sebagai Ratu Inggris sempat diwarnai ulah para aktivis Papua di negeri itu dengan mempublikasikan wanted list terhadap Presiden SBY di situs resmi Free West Papua Campaign yang dikelola Benny Wenda dan kawan-kawannya. Polisi setempat terpaksa kerja ekstra untuk mengamankan iring-iringan Presiden SBY dari ulah para aktivis itu.
Amerika Selatan
Sadar bahwa kampanye hitam mereka cepat atau lambat pasti ketahuan, maka mereka kini sibuk mencari tempat suaka baru. Salah satu pilihannya adalah ke wilayah Amerika Selatan.
Awal bulan ini, Benny Wenda dkk didampingi aktivis HAM Internasional Melinda Janki berkunjung ke Guyana.Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mengkampanyekan pelanggaran HAM dan genosida di Papua yang ternyata tidak benar itu.
Di negeri ini juga (Guyana) empat tahun lalu menjadi tempat Benny Wenda dkk mendeklarasikan berdirinya International Lawyers for West Papua (ILWP), sebuah lembaga advokasi yang konon akan menggugat masalah keabsahan integrasi Papua ke dalam NKRI.
Dugaan saya, Pemerintah Guyana juga akan bersikap sama dengan Inggris. Awal-awalnya memang diterima dengan pertimbangan kemanusiaan, namunjika modus yang dimainkan oleh Beny Wenda dkk tidak beranjak dari pola kampanye hitam, cepat atau lambat kebohongan mereka akan ketahuan juga.
Semoga pace Benny dkk segera menyadari hal ini, dan memilih pulang kampung untuk membangun kemajuan bersama Pemerintah Indonesia. Itu jauh lebih bermartabat ketimbang berkeliling dari satu benua ke benua lain mewartakan kebohongan, yang ujung-ujungnya hanya kekecewaan yang didapat….!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H