[caption id="attachment_197827" align="aligncenter" width="497" caption="Menteri BUMN Dahlan Iskan didaulat mengenakan topi khas Papua, dan disambut tarian perang khas Lembah Baliem. Foto: Detiknews"][/caption] Ada semacam 'semboyan' yang santer terdengar di Papua, bahwa orang dianggap belum mengunjungi Papua, jika belum menjejakkan kakinya di Lembah Baliem. Menteri BUMN Dahlan Iskan,mungkin terinspirasi oleh semboyan itu. Rabu 1/8/2012 Dahlan mendarat di Lembah paling luas di muka bumi ini yang berukuran 14x47 kilometer itu. Saat turun dari pesawat di bandara Wamena, Dahlan langsung didaulat mengenakan topi khas Papua serta disambut tarian perang khas Lembah Baliem yang didiami Suku Dani itu. Dahlan datang ke Wamena dengan semboyan baru : Papua harus dibangun dari Lembah Baliem.
Tampaknya Dahlan gerah menyaksikan pembangunan Papua yang terkesan jalan di tempat, maka dengan kewenangan yang dimilikinya, Dahlan membuka cakrawala para boss BUMN yang berada di bawah pimpinannya, untuk membangun mega proyek di Lembah Baliem. Rabu, 1/8/2012, Dahlan meresmikan pembangunan PLTA Baliem di perbatasan antara Kabupaten Jayawijaya dan Yahukimo. Bersama dengan itu, dua proyek lainnya juga ikut diresmikan, yaitu pembangunan pelabuhan peti kemas di Kabupaten Sorong yang memiliki kapasitas yang sama besar dengan pelabuhan di Makassar, dan pembangunan Pabrik Sagu di wilayah Sorong Selatan.
Melalui ketiga proyek itu, Dahlan punya obsesi besar terhadap kemajuan Papua. PLTA Baliem berkapasitas 10x5 megawatt (MW), akan bisa menghasilkan listrik untuk memenuhi kebutuhan di 10 Kabupaten yang ada di Pegunungan Tengah.
Sementara itu, melalui pembangunan pelabuhan peti kemas di Sorong, Dahlan optimistis pelabuhan itu mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua lantaran bisa menekan harga jual komoditas konsumsi. “Saat ini container dari Jakarta ke Sorong Rp. 12 juta, bila pelabuhan ini sudah jadi maka harganya akan menjadi Rp. 6 juta,” ungkap Dahlan.
Pelabuhan baru itu diharapkan mampu menampung tiga ribu peti kemas setiap hari. Daya tampung itu jauh lebih besar ketimbang Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur. Ini adalah salah satu perwujudan pembangunan koridor laut Timur-Barat dari Sorong, Makassar, Surabaya, Jakarta, Batam, dan Medan.
Proyek pembangunan pelabuhan tersebut akan dimulai pada akhir 2012 selama dua tahun. "Pada awal 2014 sudah bisa beroperasi," ujarnya.
http://id.berita.yahoo.com/dahlan-iskan-gagas-pelabuhan-terbesar-di-papua-124818969--finance.html
Sedangkan Pabrik sagu yang akan dibangun di wilayah Sorong Selatan, menurut Dahlan sangat perlu karena pada kenyataannya harga Sagu di Papua sebagai daerah produsen sagu, lebih mahal dibandingkan di Jakarta. Maka mulai Tahun 2013 harga Sagu menjadi lebih rendah.
Ketika akan meninggalkan lokasi, Dahlan memperoleh hadiah dari warga setempat berupa ketela ungu untuk dibawa dan dimakan saat berbuka puasa. Ternyata sebelumnya, Dahlan sudah terlanjur jatuh cinta pada talas dari Jayawijaya.
"Waktu datang ke Jayawijaya tahun lalu, saya langsung jatuh cinta karena udara sejuk, talas enaknya," ungkap Dahlan.
Dahlan mengaku, semenjak dia merasakan talas asli Papua, di rumahnya kini selalu tersedia talas dari Papua. Kalau persediaan habis, ia selalu minta teman-teman dari Wamena dan Yahukimo untuk membawa talas dari pegunungan Jayawijaya itu ke rumahnya.
http://finance.detik.com/read/2012/08/01/142421/1980438/4/dahlan-iskan-ketagihan-talas-asli-papua
Sebagai bangsa kita berharap melalui upaya nyata Pemerintah RI untuk memajukan Papua, suara-suara yang menginginkan wilayah paling timur lepas dari NKRI ini dengan sendirinya lenyap. Dan berganti dengan tekad yang semakin kuat untuk bersama Pemerintah meraih kesejahteraan bagi seluruh anak negeri dari Sabang sampai Merauke.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H