[caption id="attachment_325043" align="aligncenter" width="590" caption="Suasana Pawai Budaya"][/caption]
Mereka bersatu untuk merayakan banyak hal. Mereka berkumpul untuk merayakan pertemuan tahunan mereka. Hanya sekali setahun mereka bisa bertemu sekaligus reunian. Pertemuan anak-anak dari delapan pulau ini bernama Festival Anak Sangihe (FAS) yang berlangsung mulai tanggal 27-30 Januari 2014 lalu.
Adapun kedelapan pulau itu bernama Pulau Beeng Darat, Pulau Nanedakele, Pulau Enggohe, Pulau Lipang, Pulau Matutuang, Pulau Kawio, Pulau Kalama, dan Pulau Para. Masing-masing sekolah yang ditempati oleh Pengajar Muda ini mengirimkan anak-anak mereka sebagai peserta dalam acara yang mulai dirintis oleh Pengajar Muda angkatan pertama di Kepulauan Sangihe.
FAS dilaksanakan di Kota Tahuna, ibukota Kabupeaten Kepulauan Sangihe yang juga menjadi rangkaian perayaan ulang tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe ke-589 yang sering disebut sebagai Tulude.
Rangkaian acara dalam empat hari pelaksanaan sudah di susun sebaik mungkin. Semua acara ditujukan untuk kepentingan anak-anak, terutama dalam mengekspresikan ide maupun mengasah kepercayaan diri mereka.
Pada hari pertama anak-anak di bawa mengunjungi beberapa instansi yang berada di Tahuna. Mulai dari kantor PLN, Bank BNI, RSD Liun Kendage, Kodim 1301, dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal). Tujuan dari acara “Hari Cita-Cita” ini adalah ingin memperkenalkan jenis-jenis pekerjaan maupun cita-cita yang boleh mereka usahakan dan impikan sejak sekarang.
Setelah lelah berkeliling Kota Tahuna, pada hari kedua anak-anak setiap pulau ini diberikan kesempatan untuk mementaskan pagelaran seni dan budaya yang khas dari masing-masing pulau. Misalnya, Pulau Lipang menghadirkan Tari Salo yang gerakannya seperti tari perang. Pulau Kalama hadir dengan vokal grup musik bambu. Pulau Para menampilkan Masamper, grup yang menyanyi sambil menari tanpa iringan alat musik. Ada juga Tari Nelayan dari Pulau Nanedakele, dan Empat Wayer dari Enggohe, sedangkan Pulau Matutuang hadir dengan vokal grup. Semua yang dihadirkan oleh setiap pulau membawa ciri khas dari masing-masing pulau.
Ciri khas yang di bawa oleh masing-masing pulau menjadi bukti beragamnya adat dan budaya di Kepulauan Sangihe ini. Bentangan laut yang luas menjadi tanda bahwa mereka berbeda, tapi bukan berarti tidak bisa bersatu, seperti tema FAS tahun ini “Masembau su Pedalahaghiang” yang berarti bersatu dalam keberagaman.
Pada hari terakhir, tanggal 30 Januari 2014 peserta mengikuti acara “Pawai Budaya” yang juga diikuti oleh hampir setiap sekolah mulai dari SD sampai SMA di Kota Tahuna. Ada yang menampilkan drumband dan atraksi budaya lainnya. Mereka mengelilingi Kota Tahuna dan berakhir di podium kehormatan yang langsung disaksikan oleh Bupati Kepulauan Sangihe beserta jajarannya.
Apa yang istimewa dari FAS?
Keistimewaan dari kegiatan ini adalah berkumpulnya anak-anak dari delapan pulau di dalam satu tempat. Selama kegiatan berlangsung mereka menginap di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di Kota Tahuna. Bisa dibayangkan bagaimana nuansa keseruan dan kebahagiaan anak-anak ini ketika berkumpul dan bermain bersama di satu tempat. Walaupun mereka baru pertama kali bertemu, ternyata chemistry mereka tidak perlu dibangun dalam waktu yang lama.
Ada juga yang berpendapat bahwa FAS ini menjadi ajang bagi anak-anak pulau yang belum pernah melihat kota selain pulau mereka masing-masing. Jadi, beberapa dari anak-anak pulau ini sengaja di bawa ke tempat perbelanjaan maupun hanya sekedar keliling Kota Tahuna.
Lebih dari semua itu, berkat acara ini juga anak-anak dari delapan pulau ini menjalin persahabatan yang erat. Terlihat ketika masing-masing rombongan pulau harus pulang dan meninggalkan Tahuna, ada yang menangis dan bersedih melepas kepergian sahabat baru mereka. Tidak berhenti sampai di situ, sebelum mereka berpisah ternyata mereka sudah ada yang saling bertukar barang masing-masing. Ada yang memberikan cincin, kalung, maupun surat.
Keesokan harinya, tiba-tiba aula, dapur, maupun kamar-kamar di SKB terlihat begitu hening dan sepi. Mereka sudah pulang ke pulau masing-masing, tapi mereka tidak pulang dalam kesia-siaan. Mereka pulang membawa pengalaman, cerita, maupun pembelajaran yang akan mereka ingat seumur hidup mereka. Mereka juga akan selalu mengawal sahabat-sahabat baru mereka dalam doa dan mimpi. Seperti janji mereka kala itu.
***
Tahuna, 07 Februari 2014
Pengajar Muda Kabupaten Sangihe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H