Teknologi probiotik bisa menjadi salah satu terobosan baru untuk budidaya ikan gurami terutama pada tahap pendederan dengan padat tebar tinggi.
Yudhistyan Hanif Rahmawan (perikanan, 2014) dibantu keempat rekannya Weni Widia Wati, Rizal Indra Prayoga, Andriyanto, dan Siswo Adi Laksono (perikanan, 2016) meneliti tentang penggunaan probiotik pada budidaya ikan gurami khususnya pada tahap pendederan. Mereka adalah mahasiswa dan mahasiswi dari program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Penelitian yang mereka lakukan adalah seputar padat tebar yang optimal yang dapat digunakan untuk budidaya ikan gurami dengan penggunaan bantuan mikroorganisme yang dibimbing oleh bapak Riza Rahman Hakim., S.Pi, M.Sc. Ikan gurami sendiri adalah salah satu ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh masyarakat karena rasanya yang khas.
Persiapan media menggunakan kolam terpal bulat dengan diameter 1 meter dan diisi air 80 Cm. Setelah itu, dilakukan penambahan garam grosok sebanyak 1 Kg dan Probiotik sebanyak 300 ml. Untuk penumbuhan mikroorganisme membutuhkan waktu 7-10 hari dengan bantuan aerasi. Mereka melakukan penelitian dengan memakai padat tebar 50 ekor, 100 ekor, 150 ekor dan 200 ekor pada setiap kolamnya.
Probiotik adalah istilah yang digunakan pada mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik atau kesehatan pada organisme lain/inangnya. Yudhistyan (koordinator kelompok) mengatakan bahwa teknologi probiotik ini sudah banyak digunakan untuk budidaya tambak seperti budidaya udang vaname tapi hampir tidak ada pengaplikasiannya di budidaya ikan gurami.
Hasil dari penelitian berkesimpulan bahwa semakin rendah padat tebar (50 ekor) pertumbuhan dan konversi pakan (FCR) akan lebih baik dari yang memiliki padat tebar tinggi (200 ekor). Ini dikarenakan semakin padat suatu media, maka persaingan lebih kompetitif dan energi dari pakan digunakan untuk beradaptasi oleh ikan tersebut. Tim peneliti menganjurkan menggunakan maksimal 100 ekor untuk padat penebaran untuk satu kolam.
Tim peneliti berharap hasil penelitiannya dapat digunakan sebagai referensi untuk petani untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dan dapat mendukung program ketahanan pangan dan program kebutuhan protein yang dicanangkan pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H