Melalui kontennya baru-baru ini, Dico kerap melancong ke beberapa daerah di Jateng, baik bertemu dengan pemerintah daerahnya ataupun melebur bersama masyarakatnya. Ia juga aktif sowan dengan para Kiai dan memohon do’a restu, agar apa..? Entahlah, kebetulan saja suara umat Islam di Jateng cukup banyak.
Andaikan bila keduanya (Dico-Raffi) beneran maju Pilgub, tak terbayangkan bagaimana jenis konten yang nanti akan ditampilkan. Mudah saja bagi seorang Raffi Ahmad turun ke masyarakat, bagi-bagi sembako, serap aspirasi dan keluh-kesah rakyat, dan dibuatkan konten yang menarik. Lebih lagi dengan nama besar Raffi, Dico tak perlu banyak bercitra lagi untuk merebut hati masyarakat Jateng, apalagi mesti sok-sokan nginep ke rumah orang.
Berwakilkan Raffi Ahmad tak Menjamin Dico Taklukkan Jateng
Nampaknya, duet keduanya menarik untuk ditunggu kelanjutannya. Dico dengan karir politiknya yang cemerlang, dan Raffi dengan nilai ketokohannya yang mungkin saja semua masyarakat Indonesia tahu sosoknya. Keduanya seakan saling melengkapi satu-sama lain. Namun bukan berarti duet keduanya akan berjalan mudah.
Benar, semuanya sepakat bila Raffi adalah seorang dengan karir luar biasa lagi berpengalaman, namun itu di dunia industri hiburan bukan dalam ranah sosial-politik. Bahkan bisa saja posisi Raffi yang sebagai publik figur memang ditujukan guna menggaet suara masyarakat Jawa Tengah, yang pastinya mengenal baik sosok “Sultan Andara” tersebut. Bukankah fungsi dari Wakil dalam taraf eksekutif salah satunya adalah untuk mendongkrak suara pemimpinnya? Entahlah.
Lawan politik Dico yang masuk pada bursa Pilgub Jateng bukanlah orang-orang sembarangan. Banyak nama-nama besar yang diisukan maju di eksekutif provinsi, sebut saja Sudaryono (Gerindra) yang balihonya sudah banyak memenuhi ruas jalan, lalu ada juga mantan Walikota Semarang Hendrar Prihadi (PDIP), Yusuf Chudlori (PKB) yang mana partainya memperoleh suara terbesar kedua di DPRD Jateng, dan nama-nama besar lainnya.
Langkah Dico di Pilgub Jateng kali ini perlu dipertimbangkan, mengingat dirinya baru beberapa tahun mengabdikan diri di Kendal, sedangkan wakilnya sama sekali tak berlatar sebagai politisi. Dico-Raffi mesti membuat strategi dan pendekatan ekstra agar mampu mengalahkan lawan politiknya.
Namun semuanya bisa saja terjadi dalam politik, kadang kita saja yang di bawah sibuk belain mati-matian salah satu paslon, eh ujung-ujungnya malah masuk kabinet lawan politiknya. Kalau kata media Tempo dalam opininya tentang Pemilu kemarin, “Maka siapa pun pemenang Pemilu 2024, para kera demokrasi akan tanpa malu berlompatan dari satu pohon kekuasaan ke pohon kekuasaan lain.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H