Mohon tunggu...
Haqique Achmad
Haqique Achmad Mohon Tunggu... Relawan - Penulis Lepas

Luluh lantak di Dunia Maya, Mencari Arah di Dunia Nyata

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pemerintah, Kriminal, dan Film The Purge

30 Maret 2015   16:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak sengaja sejenak terlihat sebuah video yang menjadi  headline di Youtube.com. Akhir bulan adalah hari-hari dimana keletihan berada dalam puncaknya. Kalau saja tidak bisa mengendalikannya, kita akan dihantam oleh stress dan sikap brutal karena dikejar pekerjaan.

Seperti itulah yang kurasakan. Skripsi, mengurus administrasi, dan berharap wisuda tahun ini selalu menggerutu dalam kepala. Memang, harapan demi harapan selalu tertancap dalam hati dan mendoakannya. Tapi perjalanannya itu, amatlah terjal dan tajam. Batu-batu berserakan dalam penat. Tujuan bertumpu dalam pikiran, ketakutan muncul jika tidak bisa terlaksana.

Otak dan hati makin tertimbun perasaan lain. Melihat negeri yang katanya negeri yang indah, tenggelam dengan tindakan-tindakan warganya akhir-akhir ini. Seperti yang saya bilang tadi, tidak sengaja sejenak terlihat sebuah video yang menjadi headline di youtube.com. ya, kejadian yang terjadi di Sumenep, Madura. Seorang kakek yang tega membacok 3 saudaranya dan istrinya. Tetangganya juga ikut menjadi korban keganasan dan kekalapannya.

Video yang berjudul VID 20150315 00000 telah ditonton 117.000 lebih netizen. Video tersebut menggambarkan betapa kalapnya sang pelaku membacok dengan pedang panjang dan berulang-ulang membacok ke bagian tubuh korban.

Yang paling parah, kejadian ini dilakukan di depan umum dan disaksikan begitu banyak warga. Terlihat pula polisi yang mondar-mandir tak tentu arah. Terdengar pula suara ketakutan dari warga.

Berdasarkan berita-berita yang terkait diungkapkan bahwa motif kasus ini adalah kecemburuan si pelaku kepada korban, yakni istrinya. Terjadilah cekcok. Sang adik ingin melerai, namun naas, adik kandung pelaku justru menjadi sasaran amukan pelaku sampai lengannya hampir putus (1).

Seharusnya pelaku mendapatkan hukuman yang berat karena sudah menganiaya dan bisa mengakibatkan kematian. Tapi dalam sistem hukum pidana di negeri ini, tersangka yang melakukan penganiayaan dan mengakibatkan luka berat dijerat pasal 44 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang tindakan pidana kekerasan dalam rumah tangga, subsider Pasal 351 ayat 2 KUHP, dengan ancaman hukuman 10 TAHUN PENJARA (2). 10 tahun penjara, apakah seperti ini yang bisa membuat orang jera? Tentu tidak. Buktinya, setiap harinya kita masih melihat berita-berita yang membuat hati resah karena kriminalitas masih merajalela dimana-mana.

Siapa yang harusnya disalahkan? Tidak ada yang disalahkan. Sebagai warganegara yang baik, kita hanya bisa melakukan tindakan yang cukup membuat para penguasa setidaknya memandang orang-orang yang sudah tak tenang tinggal di negeri yang katanya baik ini. Saya contohnya, hanya berharap kepada pemerintah untuk bisa mengambil sikap yang tegas, agar negeri ini aman untuk warganya dan tamu-tamunya. Bagaimana kita bisa menjamin pariwisata yang baik jikalau keamanan masih jauh dari kata baik.

Kalau bisa menghayal. Bisa saja ini konspirasi pemerintah untuk mengurangi jumlah warga yang bisa dikatakan membludak di negeri ini. 120 juta lebih. Bayangkan! Pemerintah pasti bakal pusing mengurusi perut, otak, dan tangan warganya. Belum lagi ocehan kritikan pedas dari berjuta pengguna dunia maya di media sosial. Hanya manusia yang kerdil yang tidak marah jika namanya jadi bahan olokan di media sosial.

Konspirasi ala The Purge

Melihat video tadi, dan kurang tegasnya hukum di negeri ini, saya langsung teringat dengan 2 film hollywood. The Purge, dan The Purge Anarchy. Ya, film gila ini menceritakan tentang Pemerintah Amerika Serikat yang melegalkan kriminal dalam waktu 12 jam. Program pemerintah ini diadakan satu tahun sekali. The Purge misalnya, film pertama ini menceritakan  James Sandin sang kepala keluarga sekaligus sales alat keamanan paling laris di daerahnya yang sedang bersiap-siap menutup rapat-rapat rumahnya selama program the Purge berjalan. Bersama istrinya Mary, dan kedua anaknya, Zoey dan Charlie, James merasa sudah cukup aman berada di dalam rumahnya yang sudah dilindungi oleh alat keamanan yang diciptakannya. Tapi naas, ketika program ‘pembersihan’ sudah berjalan, Charlie tiba-tiba iba kepada satu orang asing yang berada diluar rumahnya. ia diburu oleh sekelompok remaja yang sangat menikmati program pembersihan luar dalam. Masuknya orang asing tersebut ke rumah James membuat malam keluarga Sandin menjadi seperti di neraka karena mau tidak mau sekelompok pemuda gila yang mengejar orang asing tersebut memaksa keluarga Sandin menggiring orang asing tersebut keluar. Jika tidak, rumahnya akan dibobol dan satu persatu yang ada di dalamnya akan dibantai. (3)

Begitu juga film sekuelnnya, The Purge Anarchy. Mengambil tema yang sama, yakni kejahatan yang dilegalkan pemerintah Amerika kepada warganya dalam 12 jam. Mulai pukul 7 malam sampai 7 pagi. Warga pun sudah bersiap dengan persenjataannya dan menghabisi orang yang merasa tidak disukai atau dibenci.

Film aneh ini memang membuat saya bakal merinding jika memang benar dan nyata dilakukan pemerintah. Menonton saja sudah ngeri, bagaimana jika benar-benar terjadi.

Nah apa hubungannya film ini dengan kejahatan yang terjadi sekarang ini. Dalam benakku, hayalku, dan opiniku, film ini dengan kejadian yang ada di negeri ini ada kemiripan. Ditambah sekarang setiap harinya ada saja berita yang membuat kita menelan ludah merinding.

Dalam film tadi, The Purge dan The Purge Anarchy, kejahatan yang dilegalkan dalam waktu 12 jam setiap tahunnya itu bertujuan untuk mengurangi jumlah warganegara di Amerika. Tujuannya tidak lain karena pengurangan beban pemerintah.

Kalau dilihat di negeri ini, pemerintah seolah tidak peduli dengan kejadian yang setiap harinya terjadi. Yang ironinya, seakan warga di negeri ini sudah tidak takut dengan hukum. Ini mengindikasikan bahwa hukum di negara ini sangat ringan. Sehingga para pelaku tidak ambil pusing dengan resiko yang mereka dapatkan nanti.

Yang membuat mereka melakukan kriminalitas bukan hanya karena ekonomi, tapi karena kesadaran yang sudah menghilang pada budaya timur yang dulunya terkenal ini. Perbuatan selingkuh dan kejahatan lainnya sudah jadi perbuatan biasa. Agama sudah tidak lagi menjadi tameng bagi mereka. Agama saja sudah tidak dipedulikan, apalagi sistem hukumnya.

Saya tidak tau, mungkin saja pemerintah punya niat mengurangi warganegaranya agar mengurangi beban. Sehingga kriminal dibiarkan dan dilemahkan. Hehehe,,cukup tidak masuk akal bukan? Bisa saja.

(1). http://www.tempo.co/read/news/2015/03/16/058650296/Kronologi-Pembacokan-1-Keluarga-di-Sumenep.

(2) http://jatim.metrotvnews.com/read/2015/03/16/372070/8203-motif-pembacokan-di-sumenep-diduga-terbakar-api-cemburu

(3) https://www.youtube.com/watch?v=K0LLaybEuzA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun