Mohon tunggu...
Happy Annisa Nurhapsari
Happy Annisa Nurhapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan mencari banyak teman

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Permasalahan Pendidikan Multikultural di Indonesia

5 Juli 2024   23:59 Diperbarui: 6 Juli 2024   00:05 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.pinterest.com/pin/306596687115907726/

Permasalahan Pendidikan Multikultural di Indonesia

Ditulis oleh Rizqi Hanadya Tri Kusuma dan Paulus Widjanarko, S.Pd, M.Pd.

Indonesia, negara yang beragam dalam hal etnis, agama, ras, kelas dan kelas sosial, menghadapi berbagai masalah dalam menerapkan pendidikan multikultural. Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk menciptakan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua siswa, termasuk mereka yang berasal dari berbagai ras, etnis, kelas sosial, dan kelompok budaya. Namun, dalam  praktiknya beberapa masalah ditemui.

Permasalahan yang dibahas misalnya, keragaman sosial-budaya dan konflik. Indonesia memiliki keragaman sosial budaya yang sangat besar. Keragaman yang sangat besar ini dapat menyebabkan konflik, seperti sikap primitivis dan etnosentris, yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. Oleh karena itu, pendidikan multikultural memiliki peran yang sangat penting dalam mengintegrasikan budaya nasional dan  menghilangkan rasisme dan stereotip negatif lainnya.

Beberapa tenaga pengajar kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Pendidik Indonesia tidak tahu banyak tentang tradisi etnis dan budaya siswa mereka. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengajar dan memberikan contoh yang sesuai secara budaya kepada siswa. Ketika menerapkan pendidikan multikultural, tenaga pengajar harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang budaya siswa mereka dan dapat mengintegrasikan budaya ini ke dalam  proses pembelajaran.

Kurikulum yang tidak sesuai. Kurikulum yang digunakan di Indonesia tidak sepenuhnya memperhitungkan keragaman budaya siswa. Kurikulum yang tidak sesuai dapat mencegah siswa dari memahami dan menerapkan nilai-nilai yang mereka pelajari di sekolah untuk kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk merevisi program agar lebih inklusif dan memperhatikan keragaman budaya siswa.

Masalah lain adalah kesadaran dan kompetensi antar budaya. Pendidikan multikultural di Indonesia juga harus meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran budaya masyarakat. Siswa harus memiliki keterampilan antarbudaya untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan berkomunikasi dengan warga dari kelompok yang berbeda. Dengan cara ini, siswa dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai yang dipelajari di sekolah untuk kehidupan sehari-hari mereka.

Untuk meningkatkan pendidikan multikultural di Indonesia, beberapa strategi dapat diterapkan. Pertama, pelatihan harus disediakan untuk tenaga pengajar untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka tentang budaya siswa. Kedua, kurikulum sekolah perlu diubah agar lebih inklusif dan memperhatikan keragaman budaya siswa. Ketiga, perlu untuk mengatur program untuk meningkatkan kesadaran diri dan kesadaran budaya masyarakat. Dengan cara ini, pendidikan multikultural di Indonesia bisa lebih efektif dalam mengintegrasikan budaya nasional dan menghilangkan rasisme dan stereotip negatif lainnya.

Kesimpulannya, pendidikan multikultural di Indonesia masih menghadapi beberapa masalah yang perlu diatasi. Namun, dengan strategi dan solusi yang tepat, pendidikan multikultural dapat lebih efektif dalam mengintegrasikan budaya etnis dan menghilangkan rasisme dan stereotip negatif lainnya. Oleh karena itu, upaya yang lebih serius harus dilakukan untuk memulihkan pendidikan multikultural di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun