Mohon tunggu...
Happy Annisa Nurhapsari
Happy Annisa Nurhapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan mencari banyak teman

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ramai Istilah 'Mental Health', Pentingkah untuk Diperhatikan?

10 Januari 2024   15:06 Diperbarui: 10 Januari 2024   15:21 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, istilah ‘mental health’ atau ‘kesehatan mental’ sudah cukup ramai diperbincangkan masyarakat awam. Namun, banyak yang tidak memahami makna sebenarnya dari mental health tersebut. Dilansir dari Wikipedia, kesehatan jiwa atau kesehatan mental adalah keadaan individu sejahtera menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya. Dengan demikian, kesehatan jiwa mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, dan sosial. Kesehatan mental sudah selayaknya diperhatikan sebagaimana kita memperhatikan kesehatan fisik. Karena kondisi mental akan berhubungan dengan kestabilan fisik.

Tetapi saat ini cukup banyak masyarakat, khususnya generasi muda, lebih memilih untuk mengabaikan dan tak acuh dengan kondisi mentalnya. Gangguan pada kesehatan mental ini tentu saja tidak diperoleh karena garis keturunan. Berbagai hal dapat menjadi penyebab yang melatarbelakangi adanya gangguan pada kesehatan mental, salah satunya stres berlebih akibat tuntutan hidup. Ramai dijumpai pada kaum muda di kota-kota besar saat ini yang memiliki stigma dan menuntut hidupnya sendiri untuk dapat menjadi seseorang dengan kehidupan sempurna. Tentu saja hal ini akan berdampak sangat buruk apabila mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi dari tuntutan tersebut. Kecendurungan untuk bergaya hidup sempurna ini dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Karena orang akan terus merasa tidak bersyukur dan menginginkan lebih dari apa yang mereka dapat saat ini.

Selain stres berlebih, faktor lingkungan sekitar juga menjadi penyebab gangguan kesehatan mental. Seperti yang kita ketahui, setiap orang tentu memiliki lingkungan dan pergaulan yang berbeda, dan tentunya masalah yang berbeda pula. Pada saat ini, banyak generasi muda yang cenderung pandai menyembunyikan dan memilih untuk tidak mengungkapkan masalahnya kepada orang lain. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi mental dimana mental dipaksa untuk menahan seluruh emosi dalam diri seseorang. Pada tahap ekstrem, seperti kasus-kasus yang telah terjadi, gangguan kesehatan mental akibat masalah yang dipendam ini berujung pada melayangnya nyawa. Tentu kondisi mental sudah seharusnya tidak bersifat tabu lagi untuk lebih diperhatikan.

Sebagian orang beranggapan bahwa menemui psikiater adalah hal yang memalukan untuk dilakukan, karena pandangan bahwa pergi ke psikiater sama saja dianggap menjadi hilang akal atau gila. Padahal, rutin memeriksa kondisi mental merupakan tindakan wajar yang seharusnya dilakukan. Dalam faktor ini, ada hal yang dapat membantu untuk tetap menjaga kesehatan mental yang baik, yaitu mengungkapkan perasaan dan masalah yang terjadi. Membicarakan tentang masalah dan perasaan yang dihadapi pada orang lain bukanlah suatu kelemahan. Justru dengan membicarakan masalah dan perasaan, kita dapat menjadi lebih baik dalam mengendalikan emosi.

Menerima diri kita sendiri dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini juga salah satu kunci untuk dapat menyayangi kondisi mental. Ketika kita tidak merasa dituntut oleh apapun, maka kita dapat melangsungkan hidup tanpa beban. Melalui artikel ini penulis berharap pada pembaca, untuk jangan pernah untuk meremehkan kondisi mental, karena bagaimanapun mental juga merupakan bagian vital dalam diri kita. Tetap bersyukur dan selalu berpikir positif, dengan begitu kita dapat mencintai diri kita masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun