Mohon tunggu...
happy marianna
happy marianna Mohon Tunggu... -

penulis dan jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masihkah Kita Membutuhkan Angkutan Umum?

24 Juni 2010   13:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari gene naik angkutan umum? Sebagian besar orang pasti merasa keberatan. Maklum, angkutan umum saat ini baik bus kota maupun angkutan kota sudah tidak memberikan kenyamanan seperti dulu. Selain panas, sumpek, ongkos mahal. Belum lagi kalau sopir angkot sengaja mendiamkan kendaraannya berlama-lama.’’Sepi nih,’’kata sang sopir tanpa mempedulikan keluh kesah penumpang.

Keadaan itu saya alami di Suarabaya. Sebagai kota besar jumlah penumpang angkutan kota semakin berkurang. Mereka tergantikan oleh kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil. Teman-taman saya saja banyak yang tidak mau menggunakan angkutan kota. Sudah lama, mahal, dan tidak efisiensi waktu.

Boleh saja orang berpendapat demikian. Seandainya saya bisa mengendarai dan punya kendaraan, saya pasti memilih menggunakan kendaraan pribadi. Tapi, apa daya. Baru jatuh sekali ketika mengendarai sepeda motor matic, saya langsung kapok. Akhirnya, dengan pekerjaan saya yang membutuhkan mobilitas tinggi saya terpaksa menggunakan angkutan kota dengan segala ketidaknyamanan. Bukan hanya lama, kadang0kadang pengamen dan penjual asongan turut memeriahkan suasana angkutan kota.

Setiap hari saya harus menunggu angkutan tujuan saya. Bila sepi, otomatis sopir angkot memberhentikan kendaraannya di sembarang tempat. Sang sopir pun mulai berteriak-teriak memanggil penumpang.

Seseorang yang berjalan di kejauhan seolah menjadi harapan sang sopir. Mereka langsung menawarkan tujuan angkutan mereka tanpa mempedulikan kemana tujuan si pejalan kaki. Ketika sang pejalan kaki dengan cueknya melewati angkot itu, sopir pun kembali mengeluh.

Sesungguhnya, apakah angkutan umum masih dibutuhkan? Berdasarkan penelitian, tingkat kepuasan masyarakat terhadap angkutan umum menurun. Salah satu penyebabnya adalah penumpang harus menunggu lama sopir demi mendapatkan penumpang.

Saat ini, penduduk Surabaya lebih suka berpergian dengan kendaraan pribadi. Bahkan, beberapa teman saya ajak naik angkutan umum banyak yang menolak. Namun, saya yakin masih banyak warga Suarabaya yang membutuhkan angkutan umum. Bagi pendatang dari laur kota, angkuta umum tentulah sarana untuk membawa mereka ke tempat tjuan bila mereka tidak membawa kendaraan. Sementara, bagi warga Surabaya dengan perekonomian menengah ke bawah angkutan umum merupakan sarana menuju tempat tujuan baik pusat perbelanjaan, pusat kesehatan, dan lain-lain.

Sementara, di kota kecil keberadaan angkutan kota juga semakin menurunfungsinya. Kini, banyak warga yang memiliki kendaraan pribadi. Namun, bagi warga miskin, angkutan kota tetaplah dibutuhkan. Sementara, bagi sopir, angkutan kota masih menjadi sumber penghidupan. Tidak bisa dipungkiri, mengunakan angkutan kota sedikit menurunkan gengsi. Mana mungkin penumpang yang sebelumnya berdandan rapi karena berada di angkutan kota harus kucel.

Lalu, bagaimana sebaiknya sikap sopir angkutan? Tidak bisa dipungkiri, menjadi sopir juga bagian dari mencari nafkah. Saya yakin bila mereka memiliki sumber nafkah lain, tentulah mereka tidak memilih menjadi sopir angkutan kota.

Tentu, perlu adanya edukasi supaya sopir angkutan lebih menghargai penumpang. Caranya, tidak perlu ngetem berlama-lama dan di sembarang tempat. Selain penumpang jenuh, juga mengganggu arus lalu lintas. Namun, kenapa sopir angkot tetap membandel walaupun sudah diperingatkan?

Tentu saja, sepi menjadi jawaban utama, lingkaran setan yang ta akan berakhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun