The Power of Word: Proklamasi dan Afirmasi Injil adalah Keseimbangan dalam Menyatakan Kasih Kristus
Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. (Kisah Para Rasul 3:6-7).
Materi (uang) tidak dipunyai Petrus & Yohanes berdasarkan ayat tersebut, namun "kekuatan kata" (the power of Word) mereka punyai (ayat 6).
Yang dipunyai itulah yang diberikan mereka kepada orang lumpuh tersebut dan yang menguatkan kaki dan mata kaki orang lumpuh sejak lahirnya itu (ayat 7b).
Hal ini menandakan bahwa kekuatan kata-kata yang kita ucapkan (proklamasi Injil) haruslah terlebih dahulu diutamakan disampaikan kepada setiap orang yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Setelahnya, barulah berbuat baik sebagai bentuk keteladanan kita mengikut Yesus, seperti yang dilakukan Petrus dan Yohanes--Mereka sampaikan Injil terlebih dahulu (urgensi) kepada orang (ayat 6b).
Lalu berbuat baik dengan memegang tangan kanan orang lumpuh tersebut dan membantunya berdiri (ayat 7a).
JD Grear berkata, bahwa pekerjaan kita tidak menggantikan pemberitaan Injil secara lisan, tetapi melalui pekerjaan kita menunjukkan, secara nyata, kasih dan anugerah yang kita nyatakan dengan mulut kita.
Pemberitaan Injil yang efektif adalah menjelaskan dengan kata-kata kita (proklamasi Injil) apa yang kita tunjukkan dengan hidup kita (afirmasi Injil). Dalam pelayanan kita, kita membuat Kristus yang tidak terlihat menjadi nyata."
Dalam pada kebanyakan kesempatan, Alkitab selalu dan melulu mendahulukan (mengutamakan) 'proklamasi Injil' ketimbang 'afirmasi Injil'!
Maksudnya ialah bahwa Injil harus dan utama yang disampaikan (diproklamirkan= urgensi) terlebih dahulu kepada K3 (Keluarga, Kawan, Kenalan) dalam pada banyak kesempatan daripada menunjukkan perbuatan baik (teladan hidup= afirmasi Injil).