"Hidup adalah perjalanan panjang untuk belajar. Ilmu terbaik adalah yang mampu membimbingmu menjadi lebih manusiawi."Â
Saat kami, siswa kelas 12-6 SMA Kolese Kanisius, melangkah masuk ke gerbang Pesantren Modern Daarul 'Uluum, Bogor, udara dingin dan suara lantunan doa seolah menyambut dengan kedamaian yang tak biasa. Ekskursi ini bukan sekadar perjalanan, melainkan sebuah undangan untuk merenungi kehidupan yang berbeda, namun penuh makna. Berikut saya sajikan pengalaman-pengalaman yang selalu tertanam dalam benak saya ketika berbicara mengenai "Daarul' Uluum".
Debat dan Kepemimpinan: Panggung Berpikir Kritis Â
Aula sederhana itu mendadak berubah menjadi ruang penuh energi ketika para kandidat ketua Hisada---sebutan OSIS di pesantren ini---beradu argumen. Suara mereka tegas, visi yang disampaikan begitu menggugah. Salah satu kandidat, berkata dengan penuh keyakinan, "Pemimpin bukan tentang siapa yang di depan, tapi siapa yang paling siap mengayomi.". Ruangan itu dipenuhi suasana serius namun menggugah, menampilkan betapa santri-santri muda ini memandang kepemimpinan sebagai tanggung jawab besar. Bukan sekadar jabatan, melainkan amanah untuk membawa perubahan. Debat ini membuka mata kami bahwa pendidikan sejati melibatkan lebih dari sekadar hafalan; ia mencakup pembentukan karakter yang tangguh dan empati yang mendalam.
Melihat para santri berdiskusi dengan percaya diri dan penuh wawasan, kami tersadar bahwa pendidikan yang baik melampaui buku teks---ia mencetak karakter. Pesantren telah berhasil menunjukkan bahwa tradisi bisa menjadi landasan kuat untuk membangun generasi berdaya saing tinggi.
Kehidupan Mandiri dan Keseimbangan Alam Â
Usai debat, perjalanan membawa kami ke taman botani pesantren, sebuah ruang yang dipenuhi dedikasi dan inovasi. Kolam ikan mujair berkilauan, telur bebek dan ayam yang tertata rapi, hingga budidaya ulat maggot yang mengubah limbah menjadi sumber protein berharga. Seorang santri menjelaskan dengan penuh semangat, "Maggot ini kecil, tapi manfaatnya besar. Sama seperti kita, tidak peduli seberapa kecil peran kita, pasti ada dampaknya." Kalimat itu membuat kami berpikir: setiap usaha, sekecil apa pun, memiliki nilai.
Taman ini bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga harmoni. Ia mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam, sesuatu yang terkadang terlupakan di kehidupan modern. Mengamati kesungguhan para santri dalam merawat tanaman, hewan, dan lingkungan sekitarnya, kami belajar bahwa hidup yang sederhana justru mampu menghasilkan keberlanjutan yang luar biasa.