Mohon tunggu...
Haorrahman Dwi Saputra
Haorrahman Dwi Saputra Mohon Tunggu... -

Bravo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Konflik Persebaya Hanya Berawal dari Masalah Sepele

22 September 2011   09:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:43 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Jika menarik benang kusut konflik Persebaya Surabaya, yang berlangsung lebih dari satu tahun hingga kini, sebenarnya berawal dari masalah sepele. Namun karena nuansa politis di kota Pahlawan yang begitu tinggi, masalah sepele itu menggurita. Maklum Persebaya memiliki kekuatan politis ketika masa-masa pemilihan wali kota.Di Persebaya, sama seperti klub-klub di era Perserikatan pada umumnya, terdapat kompetisi internal Persebaya. Kini namanya berubah menjadi kompetisi internal Pengcab PSSI Surabaya. Kompetisi ini terdiri dari tiga kasta, yang masing-masing kasta diikuti 10 klub.Di kelas utama, terdapat dua klub besar yang bersaing, Suryanaga dan Assyabaab. Dua klub ini merupakan klub tua di Surabaya, dan memiliki sejarah hubungan yang kurang harmonis. Pada kompetisi 2009-2010, Suryanaga yang merupakan juara musim sebelumnya, dituding menggunakan pemain tidak sah, yakni Singgih Nurcahyo, Sulton Salim dan Rizal. Kasus ini terus menggelinding, karena saat itu tidak ada keputusan tegas dari Pengcab PSSI Surabaya, di era kepemimpinan Saleh Ismail Mukadar. Karena masalah yang tak kunjung diselesaikan itu, suara klub-klub anggota internal Persebaya, yang sebelumnya solid dalam mengangkat Saleh, menjadi menjadi ketua umum dengan menyingkirkan Arif Afandi, mulai pecah. Bahkan hingga kompetisi selesai dan akhirnya Suryanaga berhasil mempertahankan juara, masalah ini juga tak langsung diselesaikan. Assyabaab yang berada di posisi runner up tidak terima. Karena jika Suryanaga terbukti bersalah, maka Assyabaab yang menjadi juara. Sepanjang 2009, kondisi internal di 30 klub mulai tidak kondusif. Kubu Suryanaga, yang terus dipojokkan akhirnya mencari figur pimpinan alternatif, yakni ketua DPRD Surabaya, Wishnu Wardhana. Setelah mendapat sosok pimpinan, kubu Suryanaga akhirnya melakukan mosi tidak percaya terhadap Pengcab. Momen semakin tepat, ketika Pengcab harus melaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub), untuk menyesuaikan periodesisasi dengan Pengprov PSSI Jatim. Alih-alih penyesuaian, Muscablub yang digelar 26 April 2010, ternyata digunakan untuk menjungkalkan Saleh, bagaimanapun caranya. Caranya dengan memberikan label cacat hukum pada kemenangan Saleh yang terpilih menjadi ketua umum, karena tujuh klub-dari 30 klub yang memiliki hak suara-melakukan walkout ketika Muscablub baru akan dimulai. Akhirnya Wishnu pun terpilih menjadi ketua umum Pengcab, di Muscablub, 7 Juni 2010, di Hotel Utami.Kekuatan Wishnu semakin menguat setelah mendapat dukungan dari Pengprov PSSI Jatim, pimpinan Haruna Soemitro. Selama ini, Haruna memang memiliki hubungan tidak harmonis dengan Haruna. Akhirnya Pengcab versi Wishnu lah yang diakui Pengprov.Padahal jika dibilang cacat hukum, tentu Wisnu cacat hukum. Dalam statuta Pengcab PSSI, pasal 18, yang berhak mencalonkan diri menjadi ketua umum minimal harus pernah menjadi pengurus harian Pengcab, atau empat tahun terlibat aktif di Pengcab PSSI.Aturan itulah yang mengganjal wakil ketua umum KONI Jatim, yang saat ini menjadi anggota Exco PSSI, La Nyalla Mattaliti, terlempar dari bursa ketua umum, di Musprov Pengprov PSSI Jatim pada 2009. Saat itu, akhirnya Haruna Soemitro kembali menjabat ketua umum untuk periode kedua. Dengan cepat, Wishnu menggelar Musyawarah Anggota, yang dihadiri oleh klub-klub kubu Wishnu untuk menjadi ketua umum Persebaya. Tapi Saleh dan para pendukung setianya, tetap memimpin Pengcab dan Persebaya. Di Pengcab, jajaran pengurus Saleh, tetap memutar kompetisi internal 2010-2011, tentu tanpa tujuh klub yang mendukung Wishnu.Selanjutnya, Saleh mencanangkan membawa Persebaya ke LPI. Alasannya selain karena tidak harus menggunakan APBD, karena disokong dana besar dari penggagas LPI, Arifin Panigoro, faktor PSSI yang (selalu kata Saleh) mengerjai Persebaya, menjadi alasan utama. Sedangkan Persebaya Wishnu, tetap memilih berada di Divisi Utama dengan segala masalahnya. Tidak hanya kedua kubu yang berkonflik, tapi KONI Surabaya, dan KONI Jatim juga dibikin pusing. Ibarat perang, masalah inipun juga memberikan korban. Korban paling nyata adalah Surabaya Muda. Tim yang baru promosi ke Divisi II ini harus menundukkan kepala karena tidak bisa tampil di divisi II, akibat diserobot oleh Surabaya Muda "dadakan" yang dibentuk Pengcab Wishnu. Sebenarnya, seperti apa sih hebatnya tiga pemain tidak sah tersebut? Sama sekali tidak istimewa. Sulton terakhir hanya memperkuat Persebaya U-21, Singgih sempat di Surabaya Muda (tim binaan Pengcab di Divisi II) tapi hanya cadangan, sementara Rizal sudah lama menghilang dengan kembali ke klub asalnya di Jember.Konflik Persebaya ternyata terus berlanjut hingga saat ini, bahkan sampai ke meja PSSI. Jika dirunut, akar permasalahannya, konflik ini karena Saleh tidak segera menyelesaikan masalah yang sebenarnya sepele.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun