Minggu lalu kita telah membeberkan secara sekilas tentang tubuh fisik yang dapat dirangkumkan adalah jaringan superkomputer yang terdiri dari subsistem-subsistem terdelegasi seperti halnya sistem pencernaan, pernapasan dan lainnya yang dikoordinasikan oleh pondasi dasar tulang belakang dan dengan prosesor utama otak. Dengan demikian tubuh fisik adalah suatu mesin, suatu kendaraan yang menjalankan tugas yang diperintahkan oleh kesadaran, dan mesin ini mempunyai keistimewaan bisa memperbaiki dirinya sendiri, suatu mesin yang sempurna.
Masih ingat tentang DNA, instruksi yang telah terbakukan dalam suatu template? Bagaimana dengan instruksi yang fresh baru diberikan bukan dari suatu template – dalam bahasa komputer ini disebut instruksi adhoc? Dari manakah instruksi ini berasal? Dari kesadaran. Otak sebagai prosesor utama akan menerjemahkan asal instruksi dari kesadaran kedalam set-set instruksi yang bisa dimengerti oleh mesin, dalam hal ini tubuh.
Nah, instruksi yang belum diterjemahkan oleh otak ini, kita sebut aja arahan awal akan melewati yang disebut tubuh mental sebagai bagian terdalam yang bersinggungan langsung dengan kesadaran dan kemudian tubuh emosional sebagai bagian diantara tubuh mental dan tubuh fisik. Dan setiap arahan awal ini melewati tubuh mental, dan kemudian tubuh emosional, ada tambahan ‘penjelasan’ (kita akan bicarakan lebih lanjut tentang tambahan ‘penjelasan’ ini di artikel selanjutnya).
Mari kita telusuri tentang tubuh emosional. Tubuh emosional ini adalah suatu sistem yang menangani tentang aksi dan feedbacknya yang diterjemahkan secara tingkatan yang lebih halus dari fisik, yaitu kesan, perasaan. Sebagai contohnya sedih adalah salah satu aksi yang didapatkan pada saat kita menerima arahan awal dari kesadaran (yang mungkin berasal dari ingatan, mengingat masa lalu) ataupun menerima input dari luar sistem (misalkan kita melihat suatu kejadian berlangsung) dan feedback dari aksi sedih itu bisa berupa menangis. Sedih dan menangis ini ditangani oleh sistem tubuh emosional, demikian pula dengan gembira – tertawa, kagum – terpana dan sebagainya.
Dengan demikian apabila kita telusuri dari kerja tubuh emosional dan tubuh fisik dalam suatu rangkaian maka didapatkan ilustrasi berikut : kita andaikan ada suatu peristiwa di luar dari tubuh kita. Peristiwa ini akan ditangkap oleh mata kemudian sinyal yang tertangkap ini akan diproses oleh otak sebagai kepingan-kepingan fakta. Kepingan-kepingan fakta ini akan diteruskan ke tubuh emosional dan berdasarkan dari basis data yang sudah tersimpan sebelumnya, maka kepingan-kepingan fakta ini contohnya dalam hal ini akan menghasilkan rasa sedih. Kemudian tubuh emosional akan memberikan feedback berupa menangis yang pada gilirannya akan diteruskan kepada tubuh fisik dan diproses otak sebagai instruksi ke berbagai subsistem seperti sistem penglihatan mengeluarkan air, sistem pernapasan memperlambat kinerja dan sebagainya. Terjadilah suatu siklus interaksi antara tubuh fisik dan emosional. Bagaimana dengan tubuh mental?
Tubuh mental berperanan dalam hal logika dan analisa. Apabila kita kembali ke ilustrasi sebelumnya maka pada saat kepingan fakta diterima dan ditambahkan emosi sedih maka ketika diteruskan kepada tubuh mental, ia [tubuh mental] dapat mengartikan hal ini sebagai sesuatu yang cengeng atau sesuatu yang wajar atau berjuta hal lainnya. Lagi ini tergantung dari basis data yang sudah tersimpan sebelumnya. Dengan demikian feedback yang diberikan dari tubuh mental terhadap tubuh emosional bisa berupa bersikap dingin sehingga pada saat diteruskan pada tubuh fisik ini akan menghasilkan hal yang sama sekali berbeda, mata tidak berair dan sebagainya.
Hm dari mana basis data ini berasal? Berasal dari pengalaman hidup, pengajaran, sekolah. Wah kalau begitu basis data ini terus berkembang? Ya betul, basis data ini tidak mati alias dapat terus bertumbuh seiring dengan adanya pemahaman baru, sehingga ketika kesadaran atau jiwa kita menghadapi sesuatu yang baru, basis data ini akan diupdate dengan data yang terbaru. Apakah hal ini otomatis terjadi, pengupdatean data ini? Tidak, pengupdatean data ini tergantung dari kesadaran kita, apakah siap menerima perubahan dan hal yang baru ataukah kesadaran kita bersikap menolak dan bertahan kepada pendirian lama apabila dihadapkan dengan sesuatu yang baru?
I AM Shaumbra,
Helmy Kusuma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H